Strategi harga jasa angkutan penumpang udara pada pasar regional studi kasus PT. Garuda Indonesia

Main Authors: Eddy Maramis, author, Syahnun, author
Format: Masters Bachelors
Terbitan: , 1995
Subjects:
Online Access: http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/2018-1/20452535-T4519-Eddy Maramis Syahnun.pdf
Daftar Isi:
  • <b>ABSTRAK</b><br> Salah satu elemen dalam bauran pemasaran yang mendatangkan pendapatan adalah harga. Tidaklah tnudah untuk menetapkan suatu strategi penentuan barga. Kesalahan umum yang sering teiadi adalah: penetapan harga yang terlalu berorientasi kepada biaya sehingga untuk beberapa produk tertentu, misalnya jasa angkutan penumpang udara untuk kelas ekonomi, dapat mengakibatkan harganya diluar jangkauan segmen pasar kelas ekonomi sehingga kurang laku di pasar. Atau harga yang terlalu rendah jauh dibawah titik pulang pokok bahkan tidak clapat menutup biaya marjinal yang timbul karena terlalu berorientasi kepada pasar akan mengakibatkan kerugian yang dialami paling tidak untuk jangka pendek. Kebijakan barga juga dapat merupakan saLah satu senjata yang tersedia bagi manajer untuk bersaing, misalnya: strategi harga promosi untuk produk baru, dan strategi harga untuk bauran produk berdasarkan produk uni, diferensiasi, dan lain-lain. <br><br> Penentuan harga dalam jasa angkutan penumpang udara selain dipengaruhi oleh faktor internal perusahaan, juga sangat dipengaruhi oleh fakior eksternal yaitu IATA (International Air Transport Association) sebagai badan dunia yang diberikan wewenang mengkoordinasikan penetapan tarip internasional, pemerintah dengan wewenang persetujuannya (approval) yang dimilikinya agar suatu tarip dapat dinyatakan berlaku, dan kondisi pasar serta persaingan yang ada. <br><br> Didalam perulisan karya akhir ini, dibahas mengenai strategi penetapan harga jasa angkutan penumpang udara pada pasar regional. Dan pasar regional yang dipilih adalab rute Jakarta - Singapura pulang-pergi dengan mengambil studi kasus di PT Garuda Indonesia. <br><br> Garuda Indonesia sebagai national carrier Indonesia, dipilib disini karena sumber permintaan pasar Jakarta - Singapura adalab berasal clad Indonesia dan Garuda Indonesia menguasal pangsa pasar yang terbesar, yaitu mencapai 36%. Disamping itu, yang menarik adalah Garuda Indonesia sebagai BUMN (Badan Usaha Milik Negara) juga mempunyai misi yang agak berbeda dengan penerbangan internasional lainnya pada sektor tersebut, yaitu melaksanakan dan menunjang kebijakan dan program pemerintab di bidang pembangunan dan ekonomi nasional pada umumnya, khususnya di bidang jasa perigangkutan udara dan bidang Lainnya yang terkait. Sehingga nampaknya tidak terlalu berorientasi pada bisnis karena misi yang diembannya tersebut. <br><br> Lingkup strategi penetapan barga yang dibahas dalam karya akhir ini dibatasi hanya pada: identifikasi peluang dan hambatan yang ada dan mungkin terjadi; kekuatan dan kelemahan yang dimiliki seperti penguasaan pangsa pasar, kualitas produk; analisis atas misi, tujuan, strategi barga yang tepat; seda ramalan pasar, seperti open sky policy dan pemerintab yang akan meningkatkan persaingan; dan kemungkinan kenaikan dan penurunan harga pasar. Telab dilakukan analisa korelasi dan regresi terhadap data sejarab operasional Garuda Indonesia dan STA pada tahun 1993 dan 1994 untuk rute Jakarta - Singapura pulang pergi dengan memperhitungkan faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan Garuda Indonesia seperti: strategi penetapan barga, pangsa pasar GA dan STA, dan nilai kurs dollar Singapura. Ditemukan bahwa ada dua cara strategi barga, yaitu pertama dengan memberikan reduksi, dan kedua dengan strategi menaikan harga, yang masing-masing berbeda untuk rute pergi dan pulang. <br><br> Pada sektor Jakarta - Singapura, strategi barga dengan pemberian reduksi akan menurunkan pendapatan Ganada sebesar 11,7%, tetapi pangsa pasar naik sebesar 11,5%. Sedangkan bila dilakukan strategi inenaikan barga, maka pendapatan Garucla akan tunan lebih sedikit yaitu 7,9% tetapi pangsa pasar Garuda akan turun drastis 28%. <br><br> Pacla sektor Singapura - Jakarta, strategi barga dengan pemberian reduksi akan menurunkan pendapatan Garuda sebesar 20,2% , tetapi pangsa pasar Garuda akan naik 8,3%. Sedangkan dengan strategi menaikkan barga akan meningkatkan pendapatan sebesar 33,2%, dan pangsa pasar juga akan naik sebesar 7,5%. <br><br> Dari temuan diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa permintaan pada pasar Jakarta - Singapura sangat sensitif terhadap reduksi dan kenaikan barga. fiai ini cukup logis kareria sebagian besar penumpang melakukan peijalanan pada rute tersebut untuk tujuan wisata. Sedangkan pada pasar Singapura - Jakarta, tidak sensitif terhadap kenaikan barga, tetapi sensitif terhadap penurunan harga. <br><br> Dengan mengetahui hat ini, maka strategi barga dapat dipilih berdasarkan obyektifitas strategi bisnis Ganada dalam melakukan aictivitas usahanya. Jika obyektif strategi barga adalah untuk tneningkatkan pendapatan maka pasar Jakarta- Singapura atau sebaliknya, dapat dilakukan strategi kenaikan barga. Jika obyckiif dan strategi barga adalah untuk memperbesar pangsa pasar, maka sebaiknya Garuda metakukan strategi reduksi barga untuk kedua pasar tersebut. <br><br> Dengan memiliki pangsa pasar yang besar Ganada akan memiliki citra yang balk bagi penumparig. Tingkat loyalitas pelanggan semakin tinggi dan usaba berkelanjutan untuk jangka panjang akan tercapal. Jadi keuntungan yang akan diperoleb Garuda adalah keuntungan untuk jangka panjang bukan pada saat sekarang. Tetapi strategi harga reduksi oleh pesaing dan mudahnya strategi ini ditiru oleh pesaing merupakan ancaman bagi Garuda. Oleh karena itu, maka sebaiknya Garuda Indonesia dalam strategi bisnisnya melakukan strategi harga yang terkait erat dengan differensiasi produknya. Dengan differensiasi produk dan tingkatan harga yang ditawarkan kepada konsumen maka dapat diharapkan Garuda akan mendapatkan pendapatan yang lebih tinggi. <br><br> Salah satu strategi harga yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan strategi harga bundel (paket), yaitu harga gabungan tiket pesawat dengan jasa hotel dan kunjungan wisata untuk memberikan kemudahan bagi kebutuhan konsumen, karena sebahagian besar konsumen Jakarta-Singapura bertujuan untuk wisata termasuk dengan penerbangan lanjutan dan sebagian dikombinasikari dengan bisnis.