Efisiensi distribusi beras di daerah khusus ibu kota Jakarta studi kasus distribusi beras dolog untuk stabilitas ketahanan wilayah

Main Author: Sunjaya Purwadisastra, author
Format: Masters Bachelors
Terbitan: , 2001
Subjects:
Online Access: http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/2017-5/20450948-T5427-Sunjaya Purwadisastra.pdf
Daftar Isi:
  • <b>ABSTRAK</b><br> pangan merupakan kebutuhan dasar manusia. Oleh sebab itu ketersediaannya adalah hal yang mutlak. Dalam kaitannya dengan ketersediaan ini aspek distribusi menjadi strategis. Dihadapkan dengan kedudukan DKI Jakarta sebagai ibu kota, distribusi pangan, dalam hal ini beras, dapat mengganggu dinamika masyarakat yang dapat mempengaruhi ketahanan wilayah. Oleh sebab itu efisiensi distribusinya nienjadi permasalahan yang menarik. Penelitian ini berjudul ?Efektifitas Distribusi Beras di DKI Jakarta, Tinjauan Aspek Ketahanan Wilayah dengan tujuan untuk melihat kecenderungan permintaan betas sepuluh tahun terakbir di DKI Jakarta seiring dengan kecenderungan pertumbuhan penduduk, mendeskripsikan pola suplai untuk memenuhi permintaan tersebut, menentukan model distribusi beras dan lokasi suplai ke lokasi permintaan di wilayah DKJ Jakarta agar terdapat efisiensi. Metode yang digunakan adalah metode kuantitatif dan kualitatif. Metode kuantitatif digunakan untuk melihat kecenderungan kebutuhan pangan sehubungan dengan pertumbuhan penduduk. Sedangkan metode kualitatif digunakan untuk menganalisis setiap gejala yang timbul dan kecenderungan kebutuhan beras yang terjadi yang ditemukan dan metode kuantitatif. Dari hasil perhitungan kecenderungan pertumbuhan penduduk DKI Jakarta, selaras dengan pemikiran dasar dari Maithus, maka dapat diketahui bahwa terdapat kecenderungan yang terus meningkat terhadap kebutuban beras. Peningkatan ini pada suatu periode pemenuhannya tidak dapat dilakukan, mengingat dari penghitungan berdasarkan data lapangan, stok beras yang ada menyusut tidak berimbang dengan pertumbuhan penduduk. Menurut pedagang dan praktisi perberasan, kondisi demikian ¡tu bisa terjadi berkaitan dengan musim, hasil panen raya dan paden gaduh. Untuk mengantisipasi hal tersebut dilakukan impor beras. Namun pada dasarnya kebutuhan beras di dki Jakarta bertumpu pada lima daerah sentra beras, selaras dengan kebijaksanaan pangan yang menetapkan bahwa kebutuhan betas impor hanyalah sebagai pelengkap dad kekurangan yang tidak dapat dipenuhi oleh beras lokal. Untuk mendukung bal tersebut kebijaksanaan pangan nasional menetapkan target pencapaian swasembada besas yang didukung oleb sistem pangan yang mampu meregulasi pemenuhan kebutuhan heras. Mendukung bal tersebut sistem agribisnis perlu diintensifkan, terlebih bila dihadapkan dengan pola perekonomian yang terbuka alias mengglobai. Kondisi di atas merupakan fondasi awal efisiensi distribusi heras DKI Jakarta sehubungan dengan ketersediaannya (stok). Dad internal distribusi perlu dilakukan pemangkasan bagan distribusi dengan mengembangkan Grosin Wilayah menjadi sekaligus berkemampuan food station ata yang disebut food station . Kemampuan food station plus ini berpengarub pada aspek biaya distnibusi karena dapat meznangkas biaya kuli. Penelitian ini mencoba mengkonstruksi suatu model linier yang mampu menghitung biaya total transportasi yang efisien untuk distribusi heras dad lokasi suplai ke lokasi permintaan. Basil penelitian ini menunjukican betapa pertimbangan biaya transportasi penting sebagai bahan pertimbangan untuk memenuhi alokasi permintaan di lima wilayah DKI Jakarta.