Layanan arsip di badan perpustakaan dan arsip daerah provinsi dki jakarta = Archive services in badan perpustakaan dan arsip daerah provinsi dki jakarta / Hening Wahyuni

Main Author: Hening Wahyuni, author
Format: Masters Bachelors
Terbitan: Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia , 2014
Subjects:
Online Access: http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-11/20404447-T43199-Hening Wahyuni.pdf
Daftar Isi:
  • <b>ABSTRAK</b><br> Penelitian ini bertujuan untuk memahami praktik sosial petugas layanan yang terjadi dalam menentukan wajah dan potret layanan arsip. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode etnografi. Dengan menggunakan perspektif teoritik tentang kemampuan agen dalam memanfaatkan struktur, kajian ini memperlihatkan adanya jalinan antara agen dan struktur sebagai suatu proses timbal balik. Proses ini menunjukkan adanya kemampuan agen melakukan strategi untuk meneguhkan, merespon bahkan melakukan perubahan struktur yang ada. Agen menjadikan layanan arsip sebagai arena pertarungan untuk memperebutkan modal dan dengan modal yang dimiliki, agen melakukan praktik untuk meneguhkan integritas dan otoritas dalam layanan arsip. Interaksi yang dilandasi oleh relasi kekuasaan dan lemahnya kepemimpinan menyebabkan petugas layanan mengekspresikan makna layanan berdasarkan kepentingan pribadi. <hr> <b>ABSTRACT</b><br> This study aims to understand the social practices of officers that occured in determining faces and portrait archive services. A qualitative approach with ethnographic methods is used in this study. It also uses a theoritical perspective on the ability of the agent to navigate the structure. This study shows a link between the agent and structure as a reciprocal process. The process shows the ability of the agent to do strategy for strengthen, respond and even make a change in the existing structure. The agent make archive services as a battle arena for the capital and capital owned, agency practice to confirm the integrity and authority of the archive service. Interaction based on the power relations and weak leadership led workers to express the meaning of service based on personal interest.