Revitalisasi ruang kota pasca konflik dengan pendekatan budaya Pela Gandong di Kota Ambon = Urban space revitalization in post conflict city with cultural approach Pela Gandong in Ambon / Margie Civitaria Siahay

Main Author: Margie Civitaria Siahay, author
Format: Masters Bachelors
Terbitan: Fakultas Teknik Universitas Indonesia , 2014
Subjects:
Online Access: http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-12/20403993-T43456b-Margie Civitaria Siahay.pdf
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-12/20403993-T43456a-Margie Civitaria Siahay.pdf
Daftar Isi:
  • <b>ABSTRAK</b><br> Kota Ambon merupakan salah satu kota yang pernah dilanda konflik agama beberapa tahun yang silam (1999-2004). Meskipun kini telah dinyatakan aman dan kondusif, namun terlihat bekas konflik masih terasa, terutama di ruang bermukim masyarakat yang sudah terpola sesuai dengan keyakinan agamanya masing-masing sejak konflik dahulu hingga kini. Hal ini pada akhirnya turut berdampak pada keberadaan ruang kota (ruang publik) yang semakin menurun kualitas lingkungannya. Segregrasi yang terjadi di dalam kawasan bermukim pada akhirnya menurunkan kualitas ruang kota. Ruang kota yang dapat menjadi ruang publik yang digunakan oleh masyarakat sebagai bagian dari publik pun tidak tercapai dengan baik. Desain dihadirkan sebagai mediator di antara kedua pihak yang terpisah dalam pola bermukim ini. Perancangan dengan menggunakan konsep Shared Space diharapkan akan dapat mengembalikan harmoni ruang kota dengan menghadirkan desain ruang yang menjadi mediasi atau jembatan dengan tujuan untuk menjadi pemersatu keragaman etnis dan agama di dalam ruang publik di kota Ambon. Konsep shared space akan menampilkan kembali integritas dan keseimbangan serta ‘sense of place’ dalam kawasan pusat kota terkususnya ruang publik, dan mengembalikan identitas Ambon pasca konflik agar menjadi ruang ruang kebersamaan antar komunitas dengan culture oriented dan berlandaskan kearifan lokal ikatan persaudaraan Pela-Gandong. <hr> <b>ABSTRACT</b><br> Ambon city is one of the city that has been hit by religious conflict many years ago (1999-2004). Although it has now been declared safe and conducive, but it appears that the conflict is still felt, especially in communities living space (residences) that has been patterned in accordance with their religious beliefs since the conflict a few years ago until now. Therefore, it affects the existence of the urban space (public space), this causes a decreased quality of the city environment. Segregation that occurred in the area of residences in the end make the quality of urban space has decreased significantly. Urban space should be a public space that is used by the community as part of the public was not achieved well. In this thesis, the design presented as a mediator between the two parties separated in this living space. Design by using the concept of Shared Space is expected to be able to restore the harmony of urban space which can be a mediation or a bridge with the aim to unite ethnic and religious diversity in the public space in the city of Ambon. The concept of Shared Space will bring back integrity and balance as well as the 'sense of place' in the downtown area especially public space, and returns the identity of the city of Ambon in the post-conflict period, in order to become a space of togetherness among communities with culture-oriented and based on local wisdom, which is the bond of Pela- Gandong.