Pelaksanaan lindung nilai utang pemerintah (yen, usd dan euro) dalam kurun waktu 1997-2011 = Hedging implementation of government outstanding debt in original currency (yen, euro and usd) from 1997 to 2011
Main Author: | Vicky Erwin, author |
---|---|
Format: | Masters Bachelors |
Terbitan: |
, 2013
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/2015-3/20364635-T36082-Vicky Erwin.pdf |
Daftar Isi:
- <b>ABSTRAK</b> Tahun 2009 perekonomian dunia masih berada dalam ancaman krisis global dan menjadi krisis terbesar sejak "Great Depression" yang terjadi pada tahun 1930an. Krisis diawali pada tahun 2007 akibat adanya krisis subprime mortgage di pasar keuangan Amerika Serikat yang kemudian menyebabkan keringnya likuiditas di pasar modal dunia karena kekhawatiran investor dan hal ini menjadi salah satu dampak berantai atas kekhawatiran tersebut. Investor pasar keuangan banyak melakukan deleveraging dengan shifting penempatan di aset keuangan dari developed market ke emerging market (flight to quality), dalam hal ini termasuk Indonesia. Pelemahan nilai tukar (kurs) Rupiah terhadap USD pada akhir-akhir ini adalah sebagai akibat dari berhasilnya stimulus ekonomi melalui ekspansi fiskal yang dilakukan Amerika Serikat. Di lain pihak, melemahnya nilai tukar (kurs) Rupiah sendiri dapat disebabkan oleh terjadinya capital outflow dan atau neraca perdagangan yang negatif. Menyadari hal ini, sebaiknya Pemerintah Indonesia dapat membatasi pergerakan nilai tukar (kurs) menjadi tetap (fixing the currency movements). Hal ini sangat berguna dalam upaya Pemerintah Indonesia untuk menurunkan, mengurangi dan bahkan menghilangkan penggunaan utang luar negeri. Dari total Pendapatan Domestik Bruto (PDB) Indonesia pada posisi tahun 2007, sekitar 35,8% nya merupakan porsi utang Pemerintah baik dalam bentuk pinjaman maupun sekuritas (surat utang negara). Pelemahan nilai tukar (kurs) tersebut juga akan berdampak langsung kepada APBN mengingat adanya eksposure dalam mata uang asing terhadap pospos belanja APBN misalnya subsidi energi, beban pembayaran utang dan kewajiban Pemerintah lainnya. Pelemahan mata uang Rupiah akibat krisis keuangan pada tahun 2008 juga berakibat naiknya outstanding utang Pemerintah pada akhir tahun. Salah satu cara untuk dapat mengatasi kerentanan nilai tukar ini adalah dengan melakukan hedging/lindung nilai. Dalam pelaksanaannya, lindung nilai sendiri bisa dilakukan dengan menggunakan instrumen-instrumen yang sama dengan instrumen spekulasi sehingga hal ini menjadi pisau bermata dua, di satu sisi bisa berguna untuk Indonesia di sisi lain apabila tidak diawasi penggunaannya maka akan menyebabkan bencana bagi Indonesia. Tesis ini sendiri membahas kemungkinan penggunaan hedging dalam kurun waktu 1997-2011 terhadap paparan mata uang Yen, USD dan EUR. <hr> <b>ABSTRACT</b> In 2009 world' economy was still on the verge of global crisis threat which was probably the biggest crisis since the great depression in 1930's. The crisis had began in 2007 caused by the subprime mortgage in the US which then has developed a liquidity "droughtness" in the global market resulted from investor's anxiety. This situtation has proved to cause a chain reaction in the global financial market. Majority of investors in financial market undertake deleveraging by shifting their financial assets from developed market to emerging market (flight to quality) including, Indonesia. Recent attenuation of Rp against USD was partly the effect of succesful US economic stimulus through fiscal expansion. On the other hand, the weakening of Rp itself can also be caused by the capital outflow or negative balance of trade adopted by the GoI. Realizing this, it would be better for GoI to be able to fix the currency movement of Rp against all hard currency in GoI's debt portfolio. This will enable GoI to decrease, reduce and hopefully even eliminate the use of foreign debt. 35.8% of Indonesia GDP in 2007 represent GoI's debt portion in debt, either in the form of loans or government securities. The weakening of Rp will directly affect APBN given that there are still government spending posts in APBN of which were exposed to foreign currency volatility, e.g. energy subsidy, payment of debt principal and debt interest along with other GoI liabilities. The weakening of Rp as the result of monetary crisis in 2008 was also affecting the increasing number of GoI outstanding year end debt. One way to overcome this currency vulnerability is by using hedging. In practice, hedging is done by using the same tools as for doing financial speculation. In that sense, we can view hedging as a double-edged knife; one side it can be very usefull if use correctly (under strict supervision) and the other is a disaster if used incorrectly. This Thesis discusses the possibility of hedging using Forward Exchange Contract (FEC) for GoI's debt repayment during 2007-2011 against the exposure of YEN, USD, and EUR