Penundaan ratifikasi ASEAN Agreement on Transboundary Haze Pollution oleh Indonesia tahun 2002-2012 sebuah studi pengambilan kebijakan luar negeri = Indonesia adjournment regarding ratification of ASEAN Agreement on Transboundary Haze Pollution 2002-2012 : a study of foreign policy making process / Marini Ayu Arisandi
Main Author: | Marini Ayu Arisandi, author |
---|---|
Format: | Masters Bachelors |
Terbitan: |
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia
, 2013
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20349165-T35707-Marini Ayu Arisandi.pdf |
Daftar Isi:
- <b>ABSTRAK</b><br> Tesis ini membahas proses diplomasi Pemerintah Indonesia di tingkat regional maupun domestik yang dipengaruhi birokrasi politik domestik terkait ratifikasi ASEAN Agreement on Transboundary Haze Pollution. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif eksplanatif. Hasil penelitian menyarankan Pemerintah Indonesia untuk melakukan kesiapan teknis dan dana dengan lebih matang; mengesampingkan ego sektoral masing-masing institusi; dalam membuat kebijakan publik terkait isu lingkungan, khususnya sektor kehutanan, Pemerintah Indonesia harus memiliki rancangan berpikir jangka panjang dan cara kerja yang lebih terintegrasi. <hr> <b>ABSTRACT</b><br> The focuses of this research are the Indonesia government diplomacy in regional and domestic level. The purpose of this research is to understand the dynamics of Indonesia government diplomacy that influenced by domestic bureaucratic politics in regional and domestic level regarding the ratification of ASEAN Agreement on Transboundary Haze Pollution. This research is qualitative explanative interpretive. The data were collected by means of deep interview. The researcher suggest that Indonesia government should conduct technical and funds readiness related the implementation of ASEAN Agreement on Transboundary Haze Pollution; lay aside institution sectoral’s ego; in making public policy, regarding the environmental issues, especially forestry sector, Indonesia government must have long-term visions and more integrated framework.