Dampak dan tanggung jawab penyelesaian piutang perusahaan BUMN (PT. Asuransi Kredit Indonesia) pasca Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 77/PUU-IX/2011 tanggal 25 September 2012 = Impact and responsibility for settlement of SOE receivables PT. Asuransi Kredit Indonesia post Decision of Constitutional Court number 77/PUU-IX/2011 September 25, 2012 / Pasaribu, Octa Pujiani

Main Author: Pasaribu, Octa Pujiani, author
Format: Masters Bachelors
Terbitan: Fakultas Hukum Universitas Indonesia , 2013
Subjects:
Online Access: http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20349089-T35053-Octa Pujiani Pasaribu.pdf
Daftar Isi:
  • <b>ABSTRAK</b><br> Piutang negara atau hutang kepada negara berdasarkan Undang-Undang Nomor 49 Prp. Tahun 1960 tentang Panitia Urusan Piutang Negara (PUPN) Pasal 8 adalah sejumlah uang yang wajib dibayar kepada negara atau badan-badan yang baik secara langsung atau tidak langsung dikuasai oleh negara berdasarkan suatu peraturan, perjanjian atau sebab apapun. Pengurusan piutang negara yang macet pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN) seperti yang terjadi di PT. (Persero) Asuransi Kredit Indonesia pada awalnya telah dilakukan dengan membuat perjanjian kerjasama antara PT. Askrindo dengan Badan Urusan Piutang Dan Lelang Negara (BUPLN) tanggal 23 Juli 1994. Perjanjian Kerjasama Pengurusan Hak Subrogasi tersebut dibuat dengan memperhatikan ketentuan Undang-Undang No. 49 Prp. Tahun 1960 tentang PUPN. Namun, dikarenakan adanya putusan Mahkamah Konstitusi atas perkara Nomor 77/PUU-IX/2011 tanggal 25 September 2012, PUPN (dahulu BUPLN) tidak berwenang lagi melaksanakan tugas pengurusan piutang BUMN, piutang BUMD, dan piutang badan usaha yang modalnya sebagian atau seluruhnya dimiliki oleh BUMN/BUMD dan mengembalikan pengurusan piutang BUMN, piutang BUMD, dan piutang badan usaha yang modalnya sebagian atau seluruhnya dimiliki oleh BUMN/BUMD yang telah diserahkan kepada masing-masing BUMN/BUMD. Pengembalian pengurusan piutang tersebut, mengakibatkan PT. Askrindo menghentikan kerjasama pengurusan piutang dengan DJKN (dahulu BUPLN) dan melakukan pengurusan piutang perseroan melalui mekanisme korporasi sesuai instruksi Pemerintah kepada semua BUMN dan BUMD. <hr> <b>ABSTRACT</b><br> State receivables or debt to state subject to Law Number 49 Prp of 1960 on State Receivable Committee (PUPN) Article 8 mean certain amount of fund payable to the state or authorities, directly or indirectly controlled by the state pursuant to regulation, agreement or others. Management of bad state receivable with State Owned Enterprise (SOE) as in the case of PT (Persero) Asuransi Kredit Indonesia is initially made through agreement between Askrindo and Badan Urusan Piutang Dan Lelang Negara (BUPLN) on July 23 1994. The Agreement on Settlement of Subrogation Right is made by taking into account the provisions of Law No. 49 Prp. Of 1960 on PUPN. However, with respect to decision of Constitutional Court with regard to the case Number 77/PUU-IX/2011 on 25 September 2012, PUPN (formerly BUPLN) ceases to have the authority to carry out the administration of SOE receivables, SOE receivables and receivables of any business entity which part or all capital is owned by State Owned Enterprise / Local Enterprise and reassign the administration of receivables of SOE, SOE receivables and receivables of business entity which part or all capital is owned by State-Owned Enterprise/Local Enterprise which has been assigned to each State-Owned Enterprise /Local Enterprise. The re-assignment of receivable administration causes PT. Askrindo terminae the joint cooperation of receivable administration with DJKN (formerly BUPLN) and carry out the administration of corporate receivables through the corporate procedures as per instructions of Government to all State Owned Enterprise and Local Enterprise (BUMN and BUMD).