Dimensi-dimensi kesejahteraan psikologis wanita dewasa menengah yang bercerai (Suatu studi terhadap wanita bercerai yang bekerja dan tidak bekerja)
Format: | Bachelors |
---|---|
Terbitan: |
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia
, 1998
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20286814-S2644-Yeni Rahmawati Ashadi.pdf |
Daftar Isi:
- Berdasarkan penelitian para ahli diketahui bahwa usia dewasa menengah adalah masa yang penuh tekanan. Selain harus menghadapi penurunan kondisi fisik, mereka sendiri juga harus menghadapi rasa kehilangan karena anak-anak sedang mengalami masa pubertas dan mencoba melepaskan diri dari ketergantungan ibunya. Usia dewasa menengah juga disibukkan dengan tanggung jawab mengurus orang tua atau mertua yang mungkin sudah membutuhkan perawatan. Namun hal ini akan terasa lebih berat Iagi bila wanita dewasa menengah tersebut hams berhadapan dengan perceraian. Dengan kata lain kemungkinan terjadinya gangguan pada kesejahteraan psikologis sangat besar. <br><br> Dalam penelitian ini konsep Kesejahteraan Psikologis (Psychological Well- Being) merujuk pada perasaan-perasaan seseorang mengenai aktivitas hidupnya sehari-hari antara Iain kemampuan mengambil keputusan untuk dirinya sendiri, membangun relasi sosial yang hangat dengan orang lain, toleransi terhadap frustasi, membuat tujuan hidup, serta kemampuan menerima hal-hal baru. Aktivitas-aktivitas tersebut merupakan pengalaman realisasi diri yang dapat dikelompokkan menjadi enam dimensi yaitu yaitu dimensi penerimaan diri, hubungan positif dengan orang lain, otonomi, penguasaan lingkungan, keterarahan hidup, serla pertumbuhan pribadi Ryff (1989). <br><br> Leslie & Leslie (1980) mengemukakan bahwa dengan bekerjanya wanita bercerai akan memberikan dua efek yaitu peningkatan self esteem dan self confidence. Selain itu Bamet &. Baruch (dalam Nieva & Gutek, 1981) menyatakan bahwa bekerja meningkatkan perasaan Well-Being. <br><br> Supaya dapat berkontribusi secara berani, wanita dewasa menengah berada dalam kondisi psikologis sejahtera. Sulit dibayangkan bagaimana seseorang yang fisiknya sakit bisa menjalani tugas-tugasnya dengan baik. Demikian pula secara analogi dapat dikatakan bila seorang wanita dewasa menengah bercerai yang psikisnya tidak sejahtera, akan sulit baginya untuk menjalankan perannya secara optimal. Pentingnya pembahasan mengenai dimensi-dimensi Kesejahteraan Psikologis pada wanita dewasa menengah yang bercerai menjadi semakin nyata jika menyimak beberapa gejala yang ada dimana banyak diantara wanita bercerai mengalami masalah yang pada dasarnya kurang mencerminkan adanya Kesejahteraan Psikologis. <br><br> Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jawaban permasalahan mengenai gambaran dimensi-dimensi Kesejahteraan Psikologis wanita bercerai usia dewasa menengah baik yang bekerja maupun yang tidak bekerja. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperjelas Kesejahteraan Psikologis wanita bercerai dimana hasil penelitian ini dapat digunakan oleh Iembaga konsultasi perkawinan untuk mengantisipasi masalah-masalah yang mungkin muncul dalam kehidupan wanita bercerai. <br><br> Pangumpulan data dalam penelitian ini dilakukan secara non probability sampling dengan teknik pengambilan sampel secara insidental. Melalui teknik pengambilan sampel ini, hasil penelitian tidak dapat digeneralisasi tetapi hanya berlaku bagi kelompok yang diteliti. Adapun inventory yang akan dipergunakan dalam penelitian ini adalah Scales of Psychological Well-Being. (SPWB) versi pendek yang dikembangkan oleh Ryff pada tahun 1989. Selanjutnya data dihitung secara kuantitatif dengan SPSS (Statistical Package for Social Science) 7.0 for windows. <br><br> Sampel penelitian ini adalah wanita yang telah bercerai memasuki tahun kedua ke atas dengan alasan sudah memasuki periode pemulihan. Seiain itu juga dibagi atas status pekerjaan yang juga dapat mempengaruhi kesejahteraan psikologis seseorang. <br><br> Hasil penelitian rnenunjukan bahwa dimensi hubungan positif dengan orang lain merupakan dimensi kesejahteraan psikoiogis yang paling menonjol (tinggi) pada wanita dewasa menengah yang bercerai. Adapun dimensi kesejahteraan psikologis yang tidak menonjol yaitu pada dimensi otonomi. Selain itu juga teriihat adanya perbedaan yang signifikan antara dimensi-dimensi kesejahteraan psikologis pada wanita dewasa menengah yang bercerai dan bekerja dengan wanita dewasa menengah yang bercerai dan tidak bekerja, yaitu pada dimensi-dimensi penerimaan diri, hubungan positif dengan orang Iain, penguasaan Iingkungan, keterarahan hidup, dan pertumbuhan pribadi. Dimensi hubungan positif dengan orang Iain pada wanita bercerai yang bekerja Iebih tinggi, karena wanita yang bekerja memiliki kesempatan yang Iebih luas untuk menjalin persahabatan sehingga kemungkinan untuk memasuki masa pemulihan dapat Iebih cepat dibandingkan dengan mereka yang tidak bekerja. Pada dimensi keterarahan hidup, wanita bercerai yang bekerja dapat menentukan cita-cita bagi dirinya sendiri maupun bagi anak-anaknya. Selain itu status pekerjaan bagi wanita cerai juga membantunya untuk merealisasi potensi dirinya. Pada dimensi pertumbuhan pribadi, wanita bercerai yang bekerja memiliki kesempatan untuk mengembangkan potensi diri serta memperoleh pengalaman-pengalaman baru. Wanita bercerai yang bekerja memiiiki penerimaan diri yang Iebih tinggi karena dengan bekerja menambah self esteem dan self confidence. Kemampuan wanita bercerai yang bekerja daIam penguasaan Iingkungan Iebih tinggi karena adanya berbagai ketidaktergantungan pada orang lain yang tercipta dengan bekerja. Dengan kata Iain menimbulkan rasa kompeten. Perbedaan yang tidak signifikan terdapat pada dimensi otonomi. Hal ini menunjukkan bahwa bekerja atau tidak bekerjanya wanita bercerai tidak mempengaruhi kemampuan wanita bercerai dalam menentukan keputusan bagi dirinya sendiri <br><br> Oleh karena itu penulis memberikan saran yaitu: 1. Untuk penelitian serupa sebaiknya dihubungkan pula dengan Iamanya masa perkawinan sehingga dapat diketahui apakah lamanya seseorang menikah mempengaruhi dimensi psikologis. 2. Bagi konselor perkawinan khususnya yang menangani wanita bercerai perlu dipertimbangkan untuk membantu mereka dalam meningkatkan rasa percaya diri dan self esteem mereka agar dapat mendukung terciptanya kesejahteraan psikologis. 3. Disarankan agar bagi wanita yang bercerai dapat mencari kegiatan untuk mengisi waktu luang dan diharapkan tidak menutup diri dari orang Iain.