Persepsi menantu terhadap kualitas hubungan dengan ibu mertua (Studi kualitatif pada 4 menantu perempuan yang tinggal di rumah mertua 1-2 tahun)
Format: | Bachelors |
---|---|
Terbitan: |
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia
, 1998
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20286757-S2582-Ariana Novadian A.K..pdf |
Daftar Isi:
- Sebagaimana diketahui, perkawinan di Indonesia bukan sekedar menyatukan dua individu tetapi berikut juga dengan keluarganya, maka sosok mertua menjadi perlu diperhatikan keberadaannya karena dapat mempengaruhi kebahagiaan perkawinan seseorang. Disukai atau tidak, kondisi tersebut harus disadari oleh pasangan, apalagi bagi mereka yang harus menetap sementara di rumah orang tua karena pertimbangan tertentu, sedangkan antara pasangan muda tersebut pun, masih harus melakukan usaha penyesuaian diri, maka dapat dilihat bahwa pilihan untuk tinggal dengan orang tua setelah menikah ternyata tidak sesederhana yang dibayangkan, perlu pemikiran dan persiapan sebelumnya. Jadi membina dan mempertahankan hubungan yang baik dengan mertua jelas harus dapat tercipta karena dampaknya bukan saja pada kehidupan perkawinan tetapi juga pada hubungan dengan keluarga besar pasangan. <br><br> Hubungan menantu-ibu mertua, khususnya menantu perempuan merupakan fenomena yang menarik untuk ditelaah. Tampaknya, hubungan mereka seperti ibu- anak tetapi tidak sepenuhnya demikian, karena berkaitan dengan keberadaan suami sebagai ?penghubung" yang menyebabkan mereka menyandang status menantu dan mertua. Belum Iagi adanya steriotip negatif yang melingkupi hubungan dengan ibu mertua ataupun tentang sosoknya. Hal tersebut memang secara penelitian, khususnya di indonesia belum dibuktikan namun melalui pengamatan sehari-hari, baik dari percakapan maupun dari media-media massa, cukup memperlihatkan kecenderungan ke arah tersebut. Bila meIihat pada tahapan perkembangan keluarga, kerawanan dalam hubungan menantu dan mertua memang dapat mungkin terjadi. Sebagaimana diketahui, bahwa akan ada suatu tahap di mana terjadi pengalihan beberapa tugas dari ibu kepada istri, dan bukan tidak mungkin, hal tersebut dapat menimbulkan ketidakpuasan, apalagi jika mereka tinggal seatap. Dengan tinggal bersama, berarti penerimaan dari pengalihan beberapa tugas menjadi Iebih transparan daripada bila pasangan muda langsung pisah rumah. Bagaimanapun hal tersebut juga terkait dengan kesamaan tuntutan mereka sebagai perempuan yang sudah menikah. <br><br> Biia ditelaah dari sudut pandang gender, hubungan antara dua orang perempuan seharusnya dapat menciptakan suatu hubungan yang intim, tapi ternyata dapat juga sebaliknya, yaitu tercipta hubungan yang rawan. Jadi untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang hubungan menantu-ibu mertua yang tenyata khas, maka dilakukan penelitian ini, dengan melihat dan sudut pandang menantu. Hal tersebut disadari karena sebagai ?pendatang?, menantu akan Iebih dituntut untuk menyesuaikan diri, apalagi jika diperhatikan, keluhan yang ada biasanya datang dari pihak menantu. tidak heran steriotip yang muncul pun adalah tentang ibu mertua bukan menantu perempuan. Jadi melalui penelitian ini, ingin dilihat bagaimana persepsi menantu terhadap kualitas hubungan dengan ibu mertua. <br><br> Penelitian ini dilakukan secara kualitatif, menggunakan wawancara dan observasi, agar dapat tergali apa yang terjadi dalam hubungan menantu-ibu mertua, sehingga Iebih dapat memahami kualitas hubungan mereka. Penelitian ini menggunakan 4 orang menantu sebagai subyek. Hasil yang diperoleh adalah 2 orang mempersepsikan hubungan dengan ibu mertuanya dekat dan 2 Iainnya ?biasa saja". maksudnya tidak dekat ataupun jauh, namun keempatnya masih merasakan adanya keterbatasan dalam menjalin hubungan dengan ibu mertua. Hal tersebut dapat dilihat dari kurangnya pengungkapan diri, topik pembicaraan menjadi kurang beragam dan mendalam serta gaya komunikasinya yang cenderung diam bila menghadapi masalah dengan ibu mertua. Disarankan agar kedua belah pihak dapat mengembangkan komunikasi efektif dengan melakukan teknik ?pesan diri' dan ?mendengar aktif". Penelitian ini temyata perlu mempertimbangkan beberapa saran Iain, seperti subyek penelitian dapat pula ditujukan suami karena perannya sebagai mediator sangat penting dalam pengembangan hubungan istri dengan ibunya. Selain itu penelitian ini dapat ditujukan pada ibu merlua sebagai pihak ?penerima", yang perlu melakukan penyesuaian diri pula. Juga tidak menutup kemungkinan penelitian ini dilakukan secara kuantitatif.