Daftar Isi:
- ABSTRAK Penelitian ini dilakukan pada PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk, yang merupakan sebuah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang telah ikut menyemarakkan kegiatan perekonomian di Indonesia, dengan mendaftarkan namanya pada Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya (BES) pada tahun 1995. Dengan diumumkannya PT. Telekomunikasi Indonesia sebagai emiten pada dua bursa efek tersebut, maka PT. Telekomunikasi Indonesia telah membuka peluang bagi perorangan maupun perusahaan untuk dapat menginvestasikan sebagian dananya pada PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk, demi keuntungan kedua belah pihak. Melalui investasi tersebut, maka para penanam dana atau investor telah menjadi pemilik sebagian dari perusahaan bersangkutan, dengan saham sebagai surat buktinya. Dalam hal penanaman dana tersebut, baik perusahaan bersangkutan ataupun para investor sendiri akan menemukan berbagai hambatan, baik itu yang berasal dari pihak perusahaan sendiri, pihak bursa efek, pemerintah, dan pihakpihak lainnya yang terkait dengan pelaksanaan jual beli saham. Salah satu hambatan yang dapat ditemui dalam pelaksanaan jual beli saham ini adalah inflasi, dimana dengan menggunakan program SPSS versi 10.00 didapatkan bahwa tingkat inflasi tersebut memiliki kontribusi sebesar 26.3% untuk mengurangi nilai Pendapatan per lembar saham/earning per share (EPS) yang diperoleh oleh PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk. Meskipun kontribusi ini dapat dibilang relatif kecil, namun dalam prakteknya, antara tingkat inflasi dengan nilai EPS PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk terdapat pengaruh yang membuat kita dapat menarik kesimpulan bahwa apabila inflasi mengalami penurunan, maka nilai EPS PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk akan meningkat. Sebaliknya apabila inflasi mengalami kenaikan, maka nilai EPS PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk akan menurun. Masalah inflasi merupakan hal yang tidak dapat dihindari oleh PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk, karena tingkat inflasi tersebut berhubungan dengan .daya beli masyarakat, dan tingkat harga yang berlaku di pasar. Untuk ini, perusahaan bersangkutan dapat melakukan persiapan lebih awal untuk menghadapi resiko inflasi, sebelum resiko tersebut menjadi masalah yang besar.