Rekayasa dan Manajemen Lalu Lintas Pada Ruas dan Simpang Jalan Ibrahim Adjie Kota Bandung
Format: | Bachelors |
---|---|
Terbitan: |
#CREATOR_ORGNAME#
, 2013
|
Subjects: |
Daftar Isi:
- Ruas jalan Ibrahim Adjie adalah salah satu ruas jalan yang mengalami peningkatan volume lalulintas serta kebutuhan akan adanya prasarana transportasi. Permasalahn yang terjadi pada area jalan Ibrahim Adjie yaitu sering mengalami kemacetan akibat hambatan samping yang dipicu oleh parkir, pejalan kaki, kendaraan lambat (becak, gerobak, sepeda), pedagang kaki lima, angkutan umum yang menaikkan dan menurunkan penumpang pada sisi badan jalan, pengecilan lebar jalur efektif, dan konflik baik antar kendaraan dengan kendaraan maupun antar kendaraan dengan pejalan kaki yang bisa menyebabkan terjadinya kecelakaan. Proses perancangan diawali dengan survey dan identifikasi masalah, pengambilan data baik primer maupun sekunder, analisa, dan evaluasi data berlandaskan SPM, dan melakukan analisis perancangan dengan menggunakan software KAJI. Hasil analisa perancangan yaitu dengan menjadikan simpang jalan Ibrahim Adjie-Jakarta-Terusan Jakarta sebagai simpang bersinyal 3 dan 4 fase menjadi 2 fase, pengurangan titik konflik primer dari 8 titik konflik menjadi 1 titik konflik dan konflik sekunder menjadi 12 titik konflik, dan pengalihan arus pergerakan lalu lintas berupa arus dari jl. Terusan Jakarta tidak boleh lurus menuju jl. Jakarta harus belok kiri melalui jl. Terusan Ibrahim Adjie, dan arus jl. Jakarta hanya 1 (satu) arah. Dari hasil perancangan yang dilakukan diperoleh peningkatan kinerja baik di simpang maupun di ruas jalan. Pada simpang derajat kejenuhan pada awalnya rata-rata mendekati/melebihi 1,00 tahun 2010 dengan panjang antrian mencapai 400 meter dan tundaan 213,7 dtk/smp sedangkan untuk prediksi tahun 2015 derajat kejenuhan sudah melebihi 1,00 dengan panjang antrian mencapai 2252 meter dan tundaan 1540 dtk/smp, kesimpulan hasil perancangan yang dilakukan prediksi tahun 2015 derajat kejenuhan menjadi 0,732 dengan panjang antrian 57 meter dan tundaan 14,47 dtk/smp. Berdasarkan SPM, untuk kinerja minimal persimpangan derajat kejenuhan < 0,75 dengan panjang antrian < 50 meter dan tundaan < 250 dtk/smp. Dan pada ruas jalan khus jam sibuk sore derajat kejenuhan pada awalnya 0,802 dengan kecapatan 38,46 km/jam, dan dari hasil perancangan derajat kejenuhan menjadi 0,697 dengan kecepatan 47,49 km/jam. Sedangan untuk kecapatan rencana berdasarkan fungsi jalan kolektor primer > 40 km/jam.