Tuberculosis Modeling in East Java Based on Geographically Weighted Regression Approach
| Main Authors: | Ningrum, Diah Puspita, Saifudin, Toha , Suliyanto, Suliyanto, Chamidah, Nur |
|---|---|
| Format: | Article info application/pdf eJournal |
| Bahasa: | eng |
| Terbitan: |
Department of Mathematics, Hasanuddin University
, 2022
|
| Subjects: | |
| Online Access: |
http://journal.unhas.ac.id/index.php/jmsk/article/view/21262 http://journal.unhas.ac.id/index.php/jmsk/article/view/21262/8606 |
Daftar Isi:
- Tuberculosis is the 13th trigger of death causes around the world. Even after Covid-19, tuberculosis ranks 2nd as a contagious killer disease. In 2020, Indonesia ranks 2nd out of 8 countries with the highest contributor to tuberculosis sufferers after India. East Java Province is the region with the largest number of tuberculosis cases in order of 8. Tuberculosis cases in East Java in 2020 have decreased, but when viewed from the success rate of treatment of tuberculosis cases per district/city in East Java, it was found that 53% still did not meet the target of 90%. According to (World Health Organization), gender affects the occurrence of tuberculosis disease, where men are more susceptible than women. In finding treatment for all tuberculosis incidents in East Java, the highest patient was male. This study was conducted to model tuberculosis in men in the East Java area. The results of the study prove that the modeling of male tuberculosis in East Java used linear regression and GWR (Geographically Weighted Regression) obtained the best model was GWR with Fixed Gaussian Kernel weighting, CV value of 5.68, and R2 86.47%. Variables that have a significant effect on male tuberculosis in East Java are BCG immunization for male infants, public places meeting health requirements, youth who smoke tobacco every day, sex ratio, and households with access to proper sanitation facilities.
- Penyakit tuberkulosis merupakan salah satu penyakit pemicu kematian urutan ke-13 di dunia. Bahkan setelah Covid-19, penyakit tuberkulosis menempati urutan ke-2 sebagai penyakit pembunuh menular. Pada tahun 2020 Indonesia menduduki urutan ke-2 dari 8 negara di dunia sebagai penyumbang terbesar penderita tuberkulosis setelah India. Provinsi Jawa Timur menjadi salah satu wilayah dengan kasus tuberculosis tertinggi urutan 8. Kasus tuberkulosis di Jawa Timur tahun 2020 mengalami penurunan, namun jika dilihat dari angka keberhasilan pengobatan kasus tuberkulosis per kabupaten/kota di Jawa Timur ditemukan sebanyak 53% masih belum memenuhi dari target 90%. Menurut WHO, jenis kelamin berpengaruh pada terjadinya penyakit tuberkulosis, yang mana laki-laki lebih rentan daripada perempuan. Dalam penemuan pengobatan semua insiden tuberkulosis di Jawa Timur penderita tertinggi di duduki oleh jenis kelamin kelamin laki-laki. Penelitian ini dilakukan untuk memodelkan tuberkulosis pada laki-laki di wilayah Jawa Timur. Hasil dari penelitian ini diperoleh bahwa dalam pemodelan tuberkulosis laki-laki di wilayah Jawa Timur menggunakan regresi linier dan GWR diperoleh model terbaik adalah GWR dengan pembobotan Fixed Gaussian Kernel, nilai CV sebesar 5,68 dan R2 sebesar 86,47%. Variabel yang memiliki pengaruh signifikan pada tuberkulosis laki-laki di Jawa Timur adalah imunisasi BCG pada bayi laki-laki, TTU memenuhi syarat kesehatan, pemuda yang setiap hari merokok tembakau , rasio jenis kelamin, dan rumah tangga dengan akses fasilitas sanitasi yang layak.