PERBANDINGAN PROFIL METABOLIT SEKUNDER HASIL ASETILASI EKSTRAK RIMPANG KUNYIT (Curcuma longa Linn.) DAN EKSTRAK RIMPANG TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)= COMPARISON OF SECONDARY METABOLITE PROFILES IN ACETYLATED EXTRACT OF Curcuma longa Linn. AND Curcuma xanthorrhiza Roxb

Main Author: MELIANI, MELIANI
Format: Thesis NonPeerReviewed Image Book
Bahasa: ind
Terbitan: , 2021
Subjects:
Online Access: http://repository.unhas.ac.id/id/eprint/11875/
Daftar Isi:
  • MELIANI. Perbandingan Profil Metabolit Sekunder Hasil Asetilasi Ekstrak Rimpang Kunyit (Curcuma longa Linn.) Dan Ekstrak Rimpang Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) (Dibimbing oleh Ismail dan Muhammad Raihan). Senyawa kurkumin yang banyak ditemukan pada rimpang kunyit (Curcuma longa Linn.) dan temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) telah dikembangkan dan dimanfaatkan sebagai sumber bahan obat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan membandingkan profil metabolit sekunder antara rimpang kunyit dan temulawak hasil asetilasi. Ekstrak kunyit dan temulawak diasetilasi menggunakan anhidrida asetat dengan katalis piridin kemudian dilakukan analisis dengan KLT-Densitometri dan KCKT (Kromatografi Cair Kinerja Tinggi). Hasil yang diperoleh dari penentuan profil metabolit sekunder dengan KLT-Densitometri yakni nilai Rf untuk asetil kurkumin (standar) 0,01; 0,04 dan 0,34. Pada produk asetilasi ekstrak temulawak terdapat 6 noda dengan rata-rata nilai Rf 0,01; 0,10; 0,15; 0,21; 0,27 dan 0,94 sedangkan pada produk asetilasi ekstrak kunyit terdapat 5 noda dengan rata-rata nilai Rf 0,01; 0,13; 0,24; 0,32 dan 0,93. Data Hasil pengukuran juga menunjukkan terdapat perubahan nilai Rf senyawa kurkumin pada ekstrak awal temulawak dan ekstrak awal kunyit sebelum dan setelah proses asetilasi. Setelah proses asetilasi nilai Rf semakin tinggi dalam bentuk senyawa asetil kurkumin dibandingkan sebelum proses asetilasi. Konsentrasi asetil kurkumin temulawak berdasarkan hasil pengukuran menggunakan KLT-Densitometri yakni 0,50 μg dan asetil kurkumin kunyit 0,25 μg. Waktu retensi untuk asetil kurkumin (standar) 18,75 menit, asetil kurkumin temulawak 18,18 menit sedangkan untuk asetil kurkumin kunyit tidak dapat terdeteksi dengan kondisi system KCKT yang digunakan. Berdasarkan hasil tersebut dapat dinyatakan bahwa terdapat perbedaan profil metabolit sekunder antara produk asetilasi ekstrak temulawak dan produk asetilasi ekstrak kunyit. Kata kunci: Kunyit, Temulawak, Asetilasi, Densitometri, KCKT