ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT PADA TN. S DENGAN POST OPERASI TRANS URETHRAL RESECTION OF THE PROSTATE (TURP) DENGAN INDIKASI BENIGNA PROSTATE HYPERPLASIA (BPH) DI RUANG DAHLIA RSUD dr. R GOETENG TAROENADIBRATA PURBALINGGA

Main Author: SETYORINA, DEVINA
Format: Thesis NonPeerReviewed Book Journal
Bahasa: ind
Terbitan: , 2020
Subjects:
Online Access: http://eprints.uhb.ac.id/id/eprint/157/1/AWAL.pdf
http://eprints.uhb.ac.id/id/eprint/157/2/BAB%20I.pdf
http://eprints.uhb.ac.id/id/eprint/157/3/DAFTAR%20PUSTAKA.pdf
http://eprints.uhb.ac.id/id/eprint/157/
Daftar Isi:
  • A. LATAR BELAKANG Benigna prostate hyperplasia (BPH), kadang-kadang disebut sebagai pembesaran prostat jinak (BPE), sering menjadi penyebab obstruksi pengeluaran kandung kemih (BOO) dan merupakan salah satu penyakit paling umum yang mempengaruhi pria di luar usia paruh baya. Penyakit histologis (BPH mikroskopis) terdapat pada lebih dari 60% pria usia 60 tahun, dan lebih dari 40% pria diatas usia ini memiliki gejala saluran kemih yang lebih rendah (LUTS), dan setengah dari kelompok ini memiliki kualitas hidup yang buruk (Kirby & Gilling, 2011). Menurut data WHO (2013), diperkirakan terdapat sekitar 70 juta kasus degeneratif, salah satunya adalah BPH, dengan insidensi di Negara maju sebanyak 19%, sedangkan di Negara berkembang sebanyak 5,35% kasus. Sebuah studi multisenter yang dilakukan di berbagai Negara di Asia menunjukan persentase yang lebih tinggi dibandingkan di Amerika. Pravelensi meningkat dari 18% untuk laki-laki di usia 40-49 tahun menjadi 56% bagi mereka yang berusia 40-79 tahun. Apabila dilihat secara histologi, umumnya penyakit BPH terjadi pada 20% pria di usia 40-50 tahun, dan menigkat secara drastis pada usia 60-70 tahun, yaitu sekitar 90%. Pasien BPH bergejala di Indonesia yang berjumlah sekitar 80.000 pada tahun 1991, diperkirakan akan meningkat menjadi satu setengah kalinya pada tahun 2031 (Adelia, 2017).