FASAKH TERHADAP SUAMI GHAIB MENURUT MAZHAB HANAFI DAN AKTA 303 UNDANG-UNDANG KELUARGA ISLAM MALAYSIA (WILAYAH-WILAYAH PERSEKUTUAN) 1984.[SKRIPSI]

Main Author: Wan Sulong, Wan Zaliha
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2017
Online Access: http://repository.radenfatah.ac.id/927/1/FASAKH%20TERHADAP%20SUAMI%20GHAIB%20MENURUT%20MAZHAB%20HANAFI%20DAN%20AKTA%20303%20UNDANG-UNDANG%20KELUARGA%20ISLAM%20MALAYSIA.pdf
http://repository.radenfatah.ac.id/927/
http://perpus.radenfatah.ac.id
Daftar Isi:
  • Latar belakang penyusunan skripsi ini untuk mengetahui perbedaan pandangan mazhab Hanafi dan Akta 303 Undang-Undang Keluarga Islam (Wilayah-Wilayah Persekutuan) 1984, tentang fasakh terhadap suami ghaib. Oleh karena itu penulis ingin meneliti bagaimana pendapat mazhab Hanafi dan Undang-Undang Keluarga Islam serta apakah persamaan dan perbedaan mazhab Hanafi dan Undang-Undang Keluarga Islam tentang fasakh terhadap suami ghaib. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian kepustakaan ( library research ), karena data yang diambil dalam penelitian ini bersumber dari berbagai kitab, diantaranya kitab al-Hidayah karangan Imam al- Marghinani bagi pandangan Mazhab Hanafi, dan untuk pendapat Undang-Undang Keluarga Islam Malaysia bersumbarkan Akta Undang-Undang Keluarga Islam (Wilayah-Wilayah Persekutuan) 1984 dibawah seksyen 52(1)(a) diperuntukan fasakh terhadap suami ghaib, maka penelitian ini menggunakan analisis isi dengan metode deskriptif kualitatif dan disimpulkan secara deduktif. Hasil penelitian skripsi ini, Undang-Undang Keluarga Islam Malaysia menyatakan bahwa istri yang ditinggal lama oleh suaminya, dan merasa dirugikan secara lahir maupun batin , maka istri berhak menuntut fasakh. Adapun mazhab Hanafi berpendapat bahwa istri yang suaminya ghaib tidak boleh menuntut fasakh sehingga keberadaan suaminya jelas apakah sudah meninggal atau telah menceraikannya. Namun keduanya berpendapat bahwa tuntutan fasakh hanya diberi wewenang kepada istri saja.