Pasang Surut Hubungan Bilateral Indonesia dan Australia Pada Masa Pemerintahan Perdana Menteri Paul Keating Hingga John Howard 1991-2007
Main Author: | Kuntanaka, Wavin Nuha |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed application/pdf |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2018
|
Subjects: | |
Online Access: |
https://eprints2.undip.ac.id/id/eprint/4158/1/WAVIN%20NUHA%20%282018%29.pdf https://eprints2.undip.ac.id/id/eprint/4158/ |
Daftar Isi:
- Skripsi dengan judul “Pasang Surut Hubungan Bilateral Indonesia dan Australia pada Masa Pemerintahan Perdana Menteri Paul Keating hingga John Howard 1991-2007” ini mengkaji mengenai hubungan bilateral antara Indonesia dengan Australia yang mengalami dinamika dan pasang surut selama periode kekuasaan kedua Perdana Menteri tersebut. Oleh karena itu, permasalahan yang hendak diteliti adalah. Pertama, kebijakan Australia di bawah kepemimpinan Perdana Menteri Paul Keating dan John Howard dalam menjalin hubungan bilateral dengan Indonesia yang telah menyebabkan pasang surut. Kedua, faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan Paul Keating dan John Howard dalam menjalin hubungan bilateral dengan Indonesia yang menyebabkan terjadinya kondisi pasang surut. Untuk mengkaji permasalahan tersebut, digunakan metode sejarah yang mencakup empat tahap kegiatan, yaitu heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Adapun pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan geopolitik. Penggunaan pendekatan geopolitik menjadikan penelitian ini lebih menekankan pada aspek historis sekaligus analisis sosial politik yang dipengaruhi oleh kondisi geografis Indonesia dan Australia. Periode pasang dalam hubungan bilateral antara Indonesia dan Australia diawali pada tahun 1991, yaitu awal mula kepemimpinan Paul Keating dari Partai Buruh sebagai Perdana Menteri Australia. Hal itu antara lain ditunjukkan dengan ditandatanganinya persetujuan keamanan kedua negara yang dikenal dengan Australia-Indonesia Agreement on Maintaining Security pada akhir tahun 1995, yang kemudian berimplikasi pada stabilitas keamanan, serta perkuatan persahabatan antara kedua negara. Kondisi berubah ketika John Howard dari Koalisi Liberal-Nasional berhasil mengalahkan Paul Keating dalam pemilu Australia 1996. Periode John Howard diwarnai ketegangan-ketegangan dalam hubungan bilateral Indonesia-Australia seperti konflik Timor Timur yang berimplikasi pada pembatalan persetujuan keamanan kedua negara yang sudah ditandatangi sejak era Paul Keating, permasalahan migran transit yang menggunakan perahu yang masuk ke Australia, di mana pada tahun 1999-2000 mengalami peningkatan dengan jumlah 4175 orang, meningkat 354% dari tahun sebelumnya, serta terorisme yang terjadi di Pulau Bali pada tahun 2002 yang menewaskan 88 warga negara Australia. Dinamika dan pasang surut hubungan bilateral antara Indonesia dan Australia yang terjadi pada periode 1991-2007 disebabkan oleh beberapa faktor, seperti perbedaan kebijakan politik luar negeri kedua negara, kepemimpinan, serta isu-isu krusial dan strategis. Namun demikian, dari beberapa faktor tersebut, faktor kepemimpinan dianggap sebagai faktor kunci dalam pasang surut yang terjadi. Paul Keating dengan corak kepemimpinannya yang mendekatkan diri pada Asia, khususnya Indonesia berhasil membawa hubungan kedua negara berjalan baik. Sementara itu, John Howard dengan corak kepemimpinannya yang konservatif dengan menitikberatkan pada negara Barat, menjadikan hubungan kedua negara berada dalam kondisi krisis.