Tradisi Dugder di Semarang dan Perubahan Pelaksanaannya Pada Tahun 2004-2009

Main Author: Saputri, Rizki
Format: Thesis NonPeerReviewed application/pdf
Bahasa: eng
Terbitan: , 2017
Subjects:
Online Access: https://eprints2.undip.ac.id/id/eprint/4087/1/Rizky%20Saputri.pdf
https://eprints2.undip.ac.id/id/eprint/4087/
Daftar Isi:
  • Skripsi yang berjudul “Tradisi Dugder di Semarang dan Perubahan Pelaksanaannya Tahun 2004-2009”, ini mengkaji tentang latar belakang sejarah tradisi Dugder di Semarang dan perubahan pelaksanaannya. Tradisi Dugder ini sampai sekarang masih berlangsung dan menjadi tradisi khas kota Semarang sebelum datangnya Bulan Ramadhan. Penelitian skripsi ini menggunakan metode penelitian sejarah yang mencakup empat tahap penelitian, yaitu heuristik (pengumpulan sumber); kritik (pengujian sumber), interpretasi (penafsiran), dan historiografi (penulisan sejarah). Skripsi ini menggunakan pendekatan antropologis untuk mengetahui kehidupan masyarakat yang dikembangkan oleh kebudayaan, dan juga menggunakan pendekatan sosiologis. Latar belakang munculnya upacara Dugder berawal dari adanya perbedaan pendapat umat Islam dalam menentukan awal dimulainya puasa Ramadhan. Pada tahun 1881 RMTA Purbaningrat yang pada waktu itu menjabat sebagai Kanjeng Bupati Semarang bersama para ulama membahas dan kemudian menetapkan upacara Dugder sebagai tanda awal puasa Ramadhan dengan ditandai ditabuhnya Bedug di Masjid Agung Kauman dan tembakan meriam di halaman Kanjengan. Berasal dari bunyi Bedug "dug" dan bunyi tembakan Meriam "der" inilah yang kemudian dikenal dengan Dugder. Perkembangan selanjutnya upacara Dugder bukan hanya prosesi arak-arakan Warak Ngendog dan berbagai bentuk kesenian khas Semarang akan tetapi perkembangan itu sudah menyentuh aspek perkembangan pariwisata di Semarang. Perkembangan pariwisata tersebut menumbuhkan kreativitas masyarakat, tidak hanya masyarakat yang berasal dari Semarang tetapi juga dari luar Semarang. Semakin banyaknya kreativitas dari masyarakat juga menumbuhkan faktor ekonomi dalam pelaksanaan tradisi Dugder tersebut, yaitu semakin banyaknya masyarakat yang tertarik untuk berpartisipasi dalam pelaksanaan tradisi Dugder, terutama pada saat pelaksanaan pasar malam Dugder Hasil penelitian menunjukkan latar belakang dan kondisi masyarakat yang telah memungkinkan timbulnya perubahan pada bentuk pelaksanaan upacara Dugder. Dalam perkembangannya upacara Dugder mengalami beberapa perubahan di antaranya Warak Ngendog. Warak Ngendog sebagai wujud dan hasil akulturasi kebudayaan masyarakat Semarang, keberadaannya dapat diterima dan diakui sebagai milik masyarakat Semarang. Perkembangan yang menyebabkan terjadinya perubahan pada bentuk pelaksanaan upacara , seiring perubahan yang terjadi pada masyarakat pendukungnya. Warak Ngendog menjadi pelengkap upacara yang selaniutnya berfungsi sebagai hiburan.