HAMBATAN PROSES PENYIDIKAN TINDAK PIDANA PERSETUBUHAN TERHADAP ANAK (STUDI DI POLRESTA MALANG KOTA)

Main Author: Saputri, Regina Elanda Avelina
Format: Article info eJournal
Terbitan: Kumpulan Jurnal Mahasiswa Fakultas Hukum , 2022
Online Access: http://hukum.studentjournal.ub.ac.id/index.php/hukum/article/view/4756
Daftar Isi:
  • Regina Elanda Avelina Saputri, Abdul Madjid, Solehuddin Fakultas Hukum Universitas Brawijaya Jl. MT. Haryono No. 169 Malang e-mail: reginaelanda99@gmail.com   ABSTRAK Pada skripsi ini, penulis mengangkat permasalahan Hambatan Penyidik Dalam Mengungkap Tindak Pidana Persetubuhan Pada Anak dengan Studi di Unit Perlindungan Perempuan Dan Anak Polresta Malang. Pilihan tema tersebut dilatarbelakangi oleh terdapat beberapa kasus yang penyelesaian penyelidikannya dan mengumpulkan alat bukti memerlukan waktu beberapa bulan bahkan ada yang sampai beberapa tahun. Hal ini menjadi dasar pendapat bahwa di dalam melakukan penyelidikan kasus persetubuhan terhadap anak terdapat beberapa hambatan dalam menangani kasus persetubuhan terhadap anak. Proses pemeriksaan terhadap tersangka anak merupakan bagian dari kegiatan penyidik yang bertujuan untuk mendapatkan keterangan, kejelasan, dan keidentikan tersangka dan barang buktinya. Diperlukan juga kemampuan khusus yang harus dimiliki oleh penyidik dalam proses penyidikan  agar dapat memperlakukan tersangka anak berbeda dengan memperlakukan tersangka dewasa. Dalam hal perkara tindak pidana yang dilakukan oleh anak sebagai pelaku tindak pidana persetubuhan, yang dapat melakukan penyidikan yaitu penyidik anak. Berdasarkan uraian diatas, skripsi ini mengangkat rumusan masalah sebagai berikut: (1) Apa pertimbangan penyidik untuk meneruskan suatu perkara tindak pidana persetubuhan terhadap anak? dan (2) Apakah tindakan penyidik jika terjadi tidak ada saksi dan alat bukti lain dalam perkara tindak pidana persetubuhan terhadap anak? Penulisan penelitian skripsi ini menggunakan metode yuridis empiris, dengan metode pendekatan yuridis sosiologis. Bahan hukum primer dan sekunder yang diperoleh penulis akan dianalisis dengan menggunakan teknik analisis metode penelitian deskriptif kualitatif. Berdasarkan dari hasil penelitian bahwa penyidik dalam memutuskan perkara tersebut layak lanjut ke tahap selanjutnya atau tidak melihat dari 2 hal yaitu alat bukti yang cukup, sekurang-kurangnya 2 alat bukti yang sah untuk melanjutkan perkara tersebut dan mengkaji apakah tindak pidana persetubuhan yang dilakukan anak tersebut ancaman pidana penjaranya di bawah 7 (tujuh) tahun dan pelaku melakukan tindak pidana tersebut baru pertama kali atau sudah merupakan pengulangan tindak pidana (residivis). Di dalam melakukan penyidikan, penyidik juga memiliki beberapa hambatan. Di dalam penelitian juga disebutkan jika penyidik tidak menemukan saksi atau tidak menemukan alat bukti lainnya maka penyidik akan mengehentikan penyidikan perkara ini. Kata kunci : Penyidik Polresta Malang, Tindak Pidana Persetubuhan, Anak   ABSTRACT This research aims to investigate issues hampering an inquiry into the case of sexual intercourse committed by a child. This research took place in women and children protection in the Sub-Regional Police Department of Malang city with the research topic departing from several cases whose evidence took months or even years to collect. This condition serves as the basis for revealing that there are several obstacles to handling the cases of sexual intercourse committed by a child. Investigating the child as a defendant is intended to obtain information, clarity, and the identity of the defendant and evidence. Moreover, the special competence that an inquiry has to demonstrate in treating a young defendant should be different from the way he/she treats an adult defendant. Only enquirers for children can investigate intercourse done as a crime to children. Departing from the above description, this research investigates%3