RATIO DECIDENDI ATAS PRINSIP SEPARATE LEGAL ENTITY DALAM KEPAILITAN BADAN USAHA MILIK NEGARA (BUMN) BERBENTUK PERSERO (Studi Putusan Nomor 142PK/PDT.SUS/2011)
Main Author: | Krisnandayu, Adelina Budi |
---|---|
Format: | Article eJournal |
Bahasa: | ind |
Terbitan: |
Kumpulan Jurnal Mahasiswa Fakultas Hukum
, 2020
|
Online Access: |
http://hukum.studentjournal.ub.ac.id/index.php/hukum/article/view/3761 |
Daftar Isi:
- Adelina Budi Krisnandayu, Dr. Budi Santoso, S.H., LL.M., Shanti Riskawati, S.H., M.H.Fakultas Hukum Universitas Brawijaya Jl. MT Haryono No. 169, MalangEmail: adelinabk@ub.ac.idABSTRAK Pada tingkat Peninjauan Kembali (“PK”), Mahkamah Agung (“MA”) membatalkan putusan kepailitan PT. Istakan Karya (Persero), yaitu Putusan Mahkamah Agung Nomor 124 K/PDT.SUS/2011 melalui Putusan Peninjauan Kembali Nomor 142 PK/Pdt.Sus/2011. Di mana dalam pertimbangan hukum perkara kepailitan tersebut, Mahkamah Agung menerima bukti baru (novum) berupa Putusan Mahkamah Agung Nomor 678 PK/PDT/2010 dan membenarkan perimbangan hukum Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat Nomor 73/PAILIT/2010/PN.Niaga.Jkt.Pst. yang tidak sesuai dengan norma yang berlaku dalam hukum kepailitan. Jenis penelitian ini adalah yuridis normatif dengan metode pendekatan perundang-undangan (statute approach) dan study approach terhadap kasus kepailitan melalui Putusan Mahkamah Agung Nomor 142 PK/PDT.SUS/2011. Sedangkan untuk menganalisis bahan hukum primer, sekunder, dan tersier penulis menggunakan teknik analisis deskriptif analitis. Dari hasil penelitian dengan metode di atas, penulis memperoleh jawaban atas permasalahan yang ada bahwa dalam memberikan putusan peninjauan kembali (PK), Mahkamah Agung telah melakukan 2 (dua) keliruan yang fatal. Kekeliruan yang pertama berkaitan dengan dikabulkannya novum yang diajukan oleh Pemohon PK, yaitu berupa putusan Mahkamah Agung No. 678 PK/Pdt/2010 yang tidak sesuai dengan ketentuan mengenai novum dalam Pasal 295 Ayat (2) Undang-undang Kepailitan. Kekeliruan yang kedua adalah dasar pertimbangan Mahkamah Agung yang membenarkan pertimbangan hukum dalam putusan PN Jakarta Pusat No.73/Pailit/2010/PN.Niaga.Jkt.Pst yang tidak sesuai dengan ketetuan mengenai persyaratan pengajuan permohonan kepailitan dalam Pasal 2 Undang-undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang serta Undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 Tentang Badan Usaha Milik Negara. Selain itu, putusan tersebut tidak mempertimbangkan prisip separate legal entity di mana PT Istaka Karya (Persero) adalah suatu badan hukum tersendiri terpisah dari organ-organ di dalamnya, termasuk negara sebagai pemegang saham.Kata Kunci: Kepailitan, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), BUMN Persero, Separate Legal EntityABSTRACTIn Judicial Review, Indonesian Supreme Court revoked the Decision concerning bankruptcy of PT. IstakaKarya (Ltd) as in Supreme Court Decision Number 124K/PDT.SUS/2011 through Judicial Review Decision Number 142 PK/Pdt.Sus/2011, in which, regarding this bankruptcy, the Supreme Court received new evidence ( novum ) through Supreme Court Decision Number 678 PK/PDT/2010 and justifies the legal consideration of Commercial Court to District Court of Central Jakarta Number 73/PAILIT/2010/PN.Niaga.Jkt.Pst., which contravenes the accepted norm in law concerning bankruptcy. This research was conducted based on normative juridical method with statute and case approaches regarding the bankruptcy case through Supreme Court Decision Number 142 PK/PDT.SUS/2011. Primary, secondary, and tertiary legal materials were analysed by means of descriptive analysis. The research result learns that in terms of providing the decision of judicial review, the Supreme Court has made two fatal mistakes. First, the novum proposed by the petitioner of judicial review is granted through Supreme Court Decision Number 678 PK/Pdt/2010 that is not relevant to the provision of n ovum in Article 295 Paragraph (2) of Law concerning Bankruptcy. Secondly, the mistake lies in the decision where the consideration of Supreme Court justifies the legal consideration in the Decision of District Court of Central Jakarta Number 73/Pailit/2010/PN.Niaga.Jkt.Pst that is not relevant to the provision regarding the requirement to petition for bankruptcy as in Article 2 of Law Number 37 of 2004 concerning Bankruptcy and Suspension of Debt Payment Obligations and Law Number 19 of 2003 concerning State-Owned Enterprises. Moreover, this decision does not consider separate legal entity principle as provided in Law Number 40 of 2007 concerning Limited Liability Company, in which PT IstakaKarya (Ltd) is a legal entity separate from other organs within, including the state as a shareholder.Keywords : bankruptcy, state-owned enterprises (BUMN), BUMN Persero, separate legal entity