PROBLEMATIKA YURIDIS PEMUNGUTAN BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DI KOTA MALANG DI TINJAU DARI PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN

Main Author: Probohandoko, Ulung
Format: Article "application/pdf" eJournal
Bahasa: ind
Terbitan: Kumpulan Jurnal Mahasiswa Fakultas Hukum , 2015
Online Access: http://hukum.studentjournal.ub.ac.id/index.php/hukum/article/view/1142
Daftar Isi:
  • Abstract Tax was one of the biggest incomes for Indonesia Nation. One kind of tax was the Entitlement Duty of Land and Building Right (BPHTB). Local autonomy had allowed each locality to collect the Entitlement Duty of Land and Building Right in autonomous manner. The issuance of Law No.28/2009 about Local Tax and Local Retribution had persuaded Local Government of Malang City to release the regulation concerning with the Entitlement Duty of Land and Building Right. This regulation was Local Regulation of Malang City No.15/2010 about the Entitlement Duty of Land and Building Right. The collected rate of the Entitlement Duty of Land and Building Right was 5 % from the Entitlement Value of Tax Object (NPOP), and this rate was already explained in Section 7 Verse (1) and Section 9 of the Law. The collection of the Entitlement Duty of Land and Building Right was conducted by Local Income Official. The collection of BPHTB by Local Income Official was 5 % based on result of field verification. Theories that were used in this research were hierarchy of statutes, law certainty and justice. Result of discussion was showing that the collection of the Entitlement Duty of Land and Building Right was in pursuance of field verification and conducted by Local Income Official of Malang City. However, the collection was not consistent to Local Regulation of Malang City No.15/2010 about the Entitlement Duty of Land and Building Right, which consequently, led the community to incur greater loss and longer process during the registration of land right and right transfer. Key words: collection of BPHTB, field verification Abstrak Pajak merupakan salah satu pendapatan terbesar dari Negara Indonesia, dalam hal ini salah satu dari hasil pemungutan pajak ialah bea perolehan hak atas atan dan bangunan (BPHTB). adanya otonomi daerah, pemungutan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan ini di pungut oleh masing daerah secara mandiri. Terbit nya Undang-undang nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak daerah dan Retribusi daerah membuat daerah kota malang menerbitkan peraturan yang berkaitan dengan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan. Ialah Peraturan daerah kota malang nomor 15 tahun 2010 tentang bea perolehan hak atas tanah dan bangunan. Besar pemungutan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan adalah 5 % (limapersen) dari Nilai perolehan objek pajak (NPOP) hal ini tertera pada pasal 7 ayat (1) dan pasal 9. Sedangkanpemungutan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan ini di laksanakan oleh dinas pendapatan daerah. Penelitian ini bertujuan untuk mendapat kepastian hukum Dalam penungutan BPHTB oleh dinas pendapatan kota malang yang menetapkan sebesar 5 % (lima persen) dari hasil verifikasi lapangan.metode yang di ambil penulis adalah metode normatif. Tujuan memberikan penerapan penarikan bphtb yang berkepastian hukum. Teori yang di pakai dalam penelitian ini adalah hierarki perundang-undangan, kepastian hukum dan keadilan. Berdasarkan hasil pembahasan yang di lakukan oleh penulis bahwadalam pemugutan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan yang di tetapkan berdasarkan perolehan hak atas tanah dan bangunan yang hal ini dapat mengakibatkan kerugian yang di terima oleh masyarakat begitu besar dan proses pendaftaran hak atas tanah atau pendaftarana peralihan terhambat. Kata kunci: pemungutan BPHTB, verifikasi lapangan