IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG KETERSEDIAAN TATA RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA YOGYAKARTA
Main Author: | MUHAMMAD RAYAN SURYADENI, RAYAN |
---|---|
Format: | Research NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2018
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repo.apmd.ac.id/558/1/SKRIPSI%20MUHAMMAD%20RAYAN%20SURYADENI.pdf http://repo.apmd.ac.id/558/ |
ctrlnum |
558 |
---|---|
fullrecord |
<?xml version="1.0"?>
<dc schemaLocation="http://www.openarchives.org/OAI/2.0/oai_dc/ http://www.openarchives.org/OAI/2.0/oai_dc.xsd"><relation>http://repo.apmd.ac.id/558/</relation><title>IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG KETERSEDIAAN TATA RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA YOGYAKARTA</title><creator>MUHAMMAD RAYAN SURYADENI, RAYAN</creator><subject>JA Political science (General)</subject><subject>JS Local government Municipal government</subject><subject>TD Environmental technology. Sanitary engineering</subject><description>Kota merupakan perwujudan aktivitas manusia yang berfungsi sebagai pusat kegiatan 
sosial, ekonomi, pemerintahan, politik, dan pendidikan, serta penyedia fasilitas pelayanan
bagi masyarakat. Dalam perjalanannya, kota mengalami perkembangan yang sangat pesat
akibat adanya dinamika penduduk, perubahan sosial ekonomi, dan terjadinya interaksi
dengan wilayah lain. Perkembangan fisik ruang kota sangat dipengaruhi oleh Pertambahan
jumlah penduduk sehingga hal tersebut mengakibatkan terjadinya densifikasi penduduk dan
permukiman yang cepat dan tidak terkendali di bagian kota. Hal tersebut menyebabkan
kebutuhan ruang meningkat untuk mengakomodasi kepentingannya. Semakin meningkatnya
permintaan akan ruang khususnya untuk permukiman dan lahan terbangun berdampak kepada
semakin merosotnya kualitas lingkungan. Rencana Tata Ruang yang telah dibuat tidak
mampu mencegah alih fungsi lahan di perkotaan sehingga keberadaan Ruang Terbuka Hijau
(RTH) semakin terancam dan kota semakin tidak nyaman untuk beraktivitas. Permasalahan
lainnya yang dihadapi Pemerintah Yogyakarta adalah pertambahan jumlah penduduk di kota
Yogyakarta yang terus meningkat setiap tahunnya sementara lahan yang tersedia tidak
bertambah sehingga menyebabkan munculnya perkampungan padat di tengah
perkotaan.Pemukiman yang padat bangunan yang minim infrastruktur menyebabkan warga
kesulitan mengakses kebutuhan dasar.Dengan kondisi demikian,Pemerintah tetap harus
menyediakan ruang ruang yang nyaman bagi penduduk lokal maupun pendatang yang
menetap di Yogyakarta. 
Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian deskriptif kualitatif. Teknik
Pengumpulan data dilakukan dengan mewawancara 8 informan yang dianggap berkompeten
untuk memberikan data. Adapun informan tersebut diantaranya ialah Kepala Dinas
Lingkungan Hidup, Kepala Bidang Pengembangan Kapasitas Lingkungan Hidup,Kepala
Bidang Keindahan,Kepala Bidang Pengawasan dan Pemulihan Lingkungan
Hidup,Masyarakat,dan Mahasiswa. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa Komunikasi
Pemerintah Kota dalam Penataan Tata Ruang Terbuka Hijau Kebijakan yang dikeluarkan
Pemerintah Kota tentang Ruang Terbuka Hijau berdasar pada Tuntutan atau desakan yang
diajukan oleh masyarakat yakni adanya ruang terbuka hijau terutama dikawasan Malioboro
yang ramai pengunjung sehingga sangat diprioritaskan. Tuntutan ini berasal dari masyarakat,
para wisatawan, pengusaha swasta dan mahasiswa. Agar pemerintah berbuat sesuatu hingga
usulan untuk mengambil tindakan konkret terhadap ruang terbuka hijau di Kota Yogyakarta
dapat terlaksana.Perencanaan dan Sumber Daya Tata Ruang Terbuka HijauProses
pelaksanaan ruang terbuka hijau dilakukan dengan merencanakan pembangunan ruang
terbuka hijau terutama di kawasan Malioboro. Lahan yang sempit dimaksimalkan agar dapat
tercipta ruang terbuka hijau di setiap kawasan Kota Yogyakarta dengan menerapkan roof
garden disetiap ruko dan pertokoan salah satunya di kawasan Malioboro.Disposisi dan
Penyediaan Tata Ruang Terbuka HijauKetersediaan Ruang Terbuka Hijau sudah cukup
maksimal dalam pelaksanaan namun belum maksimal dalam sektor fisik karena keterbatasan
lahan,Implementasi Kebijakan Peraturan Walikota Nomor 5 Tentang Ketersediaan Tata
Ruang Terbuka Hijau di Kota Yogyakarta dapat dilaksanakan dengan baik apabila didukung
penuh oleh pemangku kepentingan dan masyarakat dengan konsen dan konsisten dengan
kebijakan yang telah ditetapkan yang berorientasi terciptanya kualitas lingkungan yang
memiliki fungsi ekologis,sosial,ekonomi dan estetika secara seimbang dan terintegrasi yang
membentuk sebuah ekosistem perkotaan.</description><date>2018-09</date><type>Report:Research</type><type>PeerReview:NonPeerReviewed</type><type>Book:Book</type><language>eng</language><identifier>http://repo.apmd.ac.id/558/1/SKRIPSI%20MUHAMMAD%20RAYAN%20SURYADENI.pdf</identifier><identifier> MUHAMMAD RAYAN SURYADENI, RAYAN (2018) IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG KETERSEDIAAN TATA RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA YOGYAKARTA. [Experiment] (In Press) </identifier><recordID>558</recordID></dc>
|
language |
eng |
format |
Report:Research Report PeerReview:NonPeerReviewed PeerReview Book:Book Book |
author |
MUHAMMAD RAYAN SURYADENI, RAYAN |
title |
IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG KETERSEDIAAN TATA RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA YOGYAKARTA |
publishDate |
2018 |
topic |
JA Political science (General) JS Local government Municipal government TD Environmental technology. Sanitary engineering |
url |
http://repo.apmd.ac.id/558/1/SKRIPSI%20MUHAMMAD%20RAYAN%20SURYADENI.pdf http://repo.apmd.ac.id/558/ |
contents |
Kota merupakan perwujudan aktivitas manusia yang berfungsi sebagai pusat kegiatan
sosial, ekonomi, pemerintahan, politik, dan pendidikan, serta penyedia fasilitas pelayanan
bagi masyarakat. Dalam perjalanannya, kota mengalami perkembangan yang sangat pesat
akibat adanya dinamika penduduk, perubahan sosial ekonomi, dan terjadinya interaksi
dengan wilayah lain. Perkembangan fisik ruang kota sangat dipengaruhi oleh Pertambahan
jumlah penduduk sehingga hal tersebut mengakibatkan terjadinya densifikasi penduduk dan
permukiman yang cepat dan tidak terkendali di bagian kota. Hal tersebut menyebabkan
kebutuhan ruang meningkat untuk mengakomodasi kepentingannya. Semakin meningkatnya
permintaan akan ruang khususnya untuk permukiman dan lahan terbangun berdampak kepada
semakin merosotnya kualitas lingkungan. Rencana Tata Ruang yang telah dibuat tidak
mampu mencegah alih fungsi lahan di perkotaan sehingga keberadaan Ruang Terbuka Hijau
(RTH) semakin terancam dan kota semakin tidak nyaman untuk beraktivitas. Permasalahan
lainnya yang dihadapi Pemerintah Yogyakarta adalah pertambahan jumlah penduduk di kota
Yogyakarta yang terus meningkat setiap tahunnya sementara lahan yang tersedia tidak
bertambah sehingga menyebabkan munculnya perkampungan padat di tengah
perkotaan.Pemukiman yang padat bangunan yang minim infrastruktur menyebabkan warga
kesulitan mengakses kebutuhan dasar.Dengan kondisi demikian,Pemerintah tetap harus
menyediakan ruang ruang yang nyaman bagi penduduk lokal maupun pendatang yang
menetap di Yogyakarta.
Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian deskriptif kualitatif. Teknik
Pengumpulan data dilakukan dengan mewawancara 8 informan yang dianggap berkompeten
untuk memberikan data. Adapun informan tersebut diantaranya ialah Kepala Dinas
Lingkungan Hidup, Kepala Bidang Pengembangan Kapasitas Lingkungan Hidup,Kepala
Bidang Keindahan,Kepala Bidang Pengawasan dan Pemulihan Lingkungan
Hidup,Masyarakat,dan Mahasiswa. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa Komunikasi
Pemerintah Kota dalam Penataan Tata Ruang Terbuka Hijau Kebijakan yang dikeluarkan
Pemerintah Kota tentang Ruang Terbuka Hijau berdasar pada Tuntutan atau desakan yang
diajukan oleh masyarakat yakni adanya ruang terbuka hijau terutama dikawasan Malioboro
yang ramai pengunjung sehingga sangat diprioritaskan. Tuntutan ini berasal dari masyarakat,
para wisatawan, pengusaha swasta dan mahasiswa. Agar pemerintah berbuat sesuatu hingga
usulan untuk mengambil tindakan konkret terhadap ruang terbuka hijau di Kota Yogyakarta
dapat terlaksana.Perencanaan dan Sumber Daya Tata Ruang Terbuka HijauProses
pelaksanaan ruang terbuka hijau dilakukan dengan merencanakan pembangunan ruang
terbuka hijau terutama di kawasan Malioboro. Lahan yang sempit dimaksimalkan agar dapat
tercipta ruang terbuka hijau di setiap kawasan Kota Yogyakarta dengan menerapkan roof
garden disetiap ruko dan pertokoan salah satunya di kawasan Malioboro.Disposisi dan
Penyediaan Tata Ruang Terbuka HijauKetersediaan Ruang Terbuka Hijau sudah cukup
maksimal dalam pelaksanaan namun belum maksimal dalam sektor fisik karena keterbatasan
lahan,Implementasi Kebijakan Peraturan Walikota Nomor 5 Tentang Ketersediaan Tata
Ruang Terbuka Hijau di Kota Yogyakarta dapat dilaksanakan dengan baik apabila didukung
penuh oleh pemangku kepentingan dan masyarakat dengan konsen dan konsisten dengan
kebijakan yang telah ditetapkan yang berorientasi terciptanya kualitas lingkungan yang
memiliki fungsi ekologis,sosial,ekonomi dan estetika secara seimbang dan terintegrasi yang
membentuk sebuah ekosistem perkotaan. |
id |
IOS16828.558 |
institution |
Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa STPMD APMD |
institution_id |
7148 |
institution_type |
library:university library |
library |
Lumbung Desa Perpustakaan STPMD APMD |
library_id |
5221 |
collection |
Repository STPMD APMD |
repository_id |
16828 |
city |
KOTA YOGYAKARTA |
province |
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA |
shared_to_ipusnas_str |
1 |
repoId |
IOS16828 |
first_indexed |
2022-03-24T02:57:26Z |
last_indexed |
2022-03-24T02:57:26Z |
recordtype |
dc |
_version_ |
1728148813587152896 |
score |
17.538404 |