Sindrom Nefrotik dalam Kehamilan

Main Authors: -, M. Dwi Wicaksono, -, Wulan Ardhana Iswari, -, Tiarma Uli Pardede, -, Febriansyah Darus, -, Bintari Puspitasari, -, Sanny Santana, -, Finekri Abidin, -, Judi J Endjun
Format: Article info application/pdf eJournal
Bahasa: eng
Terbitan: PT. Kalbe Farma Tbk , 2017
Online Access: http://www.cdkjournal.com/index.php/CDK/article/view/738
http://www.cdkjournal.com/index.php/CDK/article/view/738/501
Daftar Isi:
  • Sindrom nefrotik sangat jarang terjadi pada saat kehamilan, insidensinya 0,012-0,025 % dari semua kehamilan.1 Sindrom nefrotik merupakan salah satu diagnosis banding yang penting untuk pre-eklampsia. Berbeda dengan tatalaksana pre-eklampsia yang mempunyai urgensi untuk dilahirkan, pada sindrom nefrotik bertujuan memperpanjang usia kehamilan untuk meningkatkan keluaran bayi.3 Kami melaporkan kasus Ny.B 25 tahun datang pertama kali pada usia kehamilan 13 minggu dengan keluhan edema pada kedua tungkai. Pada urinalisis didapatkan protein positif 3 menggunakan dipstick. Pasien mendapat terapi steroid, diuretik, suplemen albumin, antihipertensi dan obat anti koagulasi. Pada usia kehamilan 34 minggu kehamilan diakhiri karena IUGR (intra uterine growth retardation) berat.Nephrotic syndrome is a rare case in pregnancy, with an incidence of 0,012-0,025% among all pregnancies1. It is an important differential diagnosis to preeclampsia, the most common cause of severe proteinuria and hypoalbuminemia in pregnancy. In contrast to pre-eclampsia, which indicates early termination, the management of nephrotic syndrome aims to prolong gestational age to improve neonatal outcome3. We report a case of a twenty-five year old woman with 13-week first pregnancy and bipedal edema. Dipstick protein +3 was found during urinalysis. The patient was given steroid therapy, diuretics, albumin supplements, antihypertensives, and anticoagulation. The pregnancy was terminated in 34th week due to severe intrauterine growth retardation.