FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI DI RUANG MAWAR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. H. SOEWONDO KENDAL

Main Authors: Widiastuti, Yuni Puji, Rejeki, Sri, Khamidah, Nur
Format: Article info application/pdf eJournal
Bahasa: eng
Terbitan: Jurnal Keperawatan Maternitas , 2014
Online Access: http://jurnal.unimus.ac.id/index.php/JKMat/article/view/1001
http://jurnal.unimus.ac.id/index.php/JKMat/article/view/1001/1050
Daftar Isi:
  • Inisiasi menyusu dini (IMD) menjadi salah satu program pemerintah diIndonesia, tetapi khususnya Kabupaten Kendal praktik menyusu dini belum banyak dilakukan. Umumnya, setelah lahir, bayi dibersihkan dan dipisahkan dari ibu. Padahal keberhasilan inisiasi menyusu dini berpengaruh pada pemberian ASI eksklusif lebih lama. Hasil penelitian SDKI 2003 dan Health System Program (HSP) 2006 menunjukkan bahwa 27-74 % bayi menyusu dalam 1 hari setelah kelahiran.Hal ini sangat bertentangan dengan rekomendasi Inisiasi Menyusu Dini. Di masyarakat juga masih banyak terminologi yang berbeda untuk ASI eksklusif (Kroenger & Smitt, 2004). Faktanya di Indonesia hanya 4% bayi yang disusui ibunya dalam waktu satu jam pertama setelah dilahirkan (Tjahjo, 2008). Berdasarkan data di Departemen Kesehatan, dalam tahun 2006 tercatat 149 rumah sakit (RS) melaksanakan program rumah sakit sayang ibu bayi (RSSIB).Program ini mencakup pelayanan asuhan antenatal (pra melahirkan), pertolongan persalinan sesuai standar, pelayanan nifas (pasca melahirkan), rawat gabung ibu dan bayi, pemberian ASI eksklusif, pelayanan KB, dan imunisasi. Sampai Juli 2007 baru 19 RS melaksanakan kebijakan program inisiasi menyusu dini. Depkes juga telah mengirim surat edaran agar seluruh RS melaksanakan program inisiasi menyusudini (IMD, 2009).Namun sampai saat ini masih banyak dijumpai rumah sakit dan klinik bersalin yang belum melaksanakan proses IMD dengan alasan bervariasi. Dari data yang diperoleh dari Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr.H. Soewondo Kendal, jumlah bayi yang dilahirkan dari bulan Juli sampai dengan September 2011 sebanyak 456 orang, bidan yang melakukan IMD pada bayi yang baru lahir sebanyak 30% dari persalinan yangditolong oleh bidan. Padahal bidan yang bertugas di RSUD Dr. H. Soewondo Kendal sudah mengikuti pelatihan baik itu pelatihan asuhan persalinan normal (APN), inisiasi menyusu dini (IMD), dan konselorair susu ibu (ASI). Namun pada kenyataannya masih ada ibu-ibu yangmempunyai bayi pada saat melahirkan tidak dilakukan IMD. Hal ini dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan ibu hamil tentang inisiasi menyusu dini yang rendah karena dipengaruhi oleh faktor pendidikan ibu yang rendah, tidak ada dorongan atau motivasi untuk mengetahui perkembangan zaman, kurangnya ketersediaan informasi maupun fasilitas kesehatan, kurangnya dukungan dari orang terdekat, dukungandari tenaga kesehatan, kebudayaan, dan belum adanya promosi Insiasi Menyusui Dini (Rosita, 2008).