Kualitas Air, Pertumbuhan dan Kelulushidupan Benih Abalone (Haliotis squamata) dengan Aplikasi RAS di BPIUUK Karangasem Bali

Main Authors: Akbar, Arief Prayoga, Julyantoro, Pande Gde Sasmita, Pebriani, Dewa Ayu Angga
Format: Article info application/pdf eJournal
Bahasa: eng
Terbitan: Environmental Research Center (PPLH) of Udayana University , 2022
Online Access: https://ojs.unud.ac.id/index.php/blje/article/view/87445
https://ojs.unud.ac.id/index.php/blje/article/view/87445/45503
Daftar Isi:
  • Abalone is one of the sea snails that have high economic value and has advantages because it has a high protein content of 71.99%, a fat content of 3.24%, and can be used as medicine. The high demand for abalone causes the increase of wild capture and lead to scarcity of abalone in the waters. One way to overcome this problem is by cultivate the abalone. Abalone cultivation can be done with a monoculture system. One of the technologies applied is by using a recirculation aquaculture system (RAS), which is reprocessing the water used so that it can be reused for cultivation activities. The purpose of this study was to analyze the parameters of water quality, growth length, weight and survival of abalone (Haliotis squamata) seeds using the RAS system. The research was conducted in June – September 2020 at the Shrimp and Shellfish Parent Center, Karangasem, Bali. The research was performed by purposive sampling method. The water quality parameters data such as nitrite, ammonia, TSS pH, temperature, DO, and salinity were taken. The results of the measurement of water quality are nitrite 0 – 0.338 mg/L, ammonia 0 – 0.09 mg/L, TSS 0 – 15 mg/L, pH 7 – 8, temperature 26 – 28 oC, DO 4.3 – 7.07 mg/L, and salinity 31 – 38 ppt. Those values are still in the optimal range for abalone culture. The growth in length and absolute weight of abalone seeds during the study were 25.17 mm/ind. and 9.15 g/ind., respectively, and the survival value was 99.5% during the 100-day culture period.
  • Abalone adalah salah satu siput laut yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan memiliki keunggulan karena kandungan protein tinggi mencapai 71,99%, kandungan lemak 3,24% dan dapat digunakan sebagai obat. Tingginya permintaan abalone menyebabkan peningkatan pengambilan langsung di alam dan berisiko pada kelangkaan abalone di perairan. Salah satu cara untuk mengatasi hal tersebut adalah melakukan budidaya abalone dengan sistem monokultur. Salah satu teknologi yang diaplikasikan adalah budidaya abalone adalah dengan menggunakan sistem recirculating aquaculture system (RAS) yaitu mengolah air yang telah digunakan agar dapat dimanfaatkan kembali untuk kegiatan budidaya. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis parameter kualitas air, pertumbuhan panjang dan berat serta kelulushidupan pada pemeliharaan benih abalon (Haliotis squamata) dengan menggunakan sistem RAS. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni – September 2020 di Balai Induk Udang dan Kekerangan, Karangasem, Bali. Penelitian menggunakan metode purposive sampling. Parameter kualitas air yang diukur meliputu nitrit, ammonia, TSS , pH, suhu, DO, dan salinitas. Hasil pengukuran kualitas air menunjukkan nilai nitrit berkisar 0 – 0,338 mg/L, ammonia 0 – 0,09 mg/L, TSS 0 – 15 mg/L, pH 7 – 8, suhu 26 – 28 oC, DO 4,3 – 7,07 mg/L, dan salinitas 31 – 38 ppt. Nilai tersebut masih dalam kisaran optimal untuk pemeliharaan abalone. Pertumbuhan panjang dan berat mutlak benih abalone selama penelitian masing-masing sebesar 25,17 mm/ekor dan 9,15 gr/ekor, dan nilai kelulushidupan 99,5 % selama 100 hari periode kultur.