Kualitas Air, Kelimpahan Mikroba Dan Laju Pertumbuhan Udang Vannamei (Littopenaeus vannamei) Pada Tahap Pembesaran Menggunakan Sistem RAS dan Konvensional

Main Authors: Bagaskara, Putu, Julyantoro, Pande Gde Sasmita, Sari, Alfi Hermawati Waskita
Format: Article info application/pdf eJournal
Bahasa: eng
Terbitan: Environmental Research Center (PPLH) of Udayana University , 2022
Online Access: https://ojs.unud.ac.id/index.php/blje/article/view/80614
https://ojs.unud.ac.id/index.php/blje/article/view/80614/45506
Daftar Isi:
  • Vannamei shrimp (Littopenaeus vannamei) known as white shrimp is widely cultivated in Indonesia because it has high economic value. Conventional cultivation of vannamei shrimp is often represented by poor sewage treatment, where aquaculture waste is discharged directly causing a decrease in water quality in the environment. This study used 2 different cultivation systems, namely RAS (Recirculating Aquaculture System) and conventional systems (flow-through system). The research located at BPIUUK Karangasem, Bali. Water quality monitoring in each tank was carried out including ammonia, nitrite, TSS (Total Suspended Solid), and the abundance of microbes. Measurement of weight and length starts from the age of 30 days of shrimp with further checks every 7 days. A sampling of water quality, as well as measurements of weight and length, were carried out by random sampling method in each rearing tank. Based on the research data, the quality of aquaculture water using RAS and conventional system were not significantly different. The data on the abundance of microbes obtained in cultivation using RAS and conventional were also not significantly different, where RAS reaching 2.0 x 105 cfu/mL, while in conventional system was obtained 2.1 x 105 cfu/mL of total bacteria count. The growth rate with the average value of ADG (Average Daily Growth) in RAS is 0.88 g slightly higher compared to it is 0.80 g in conventional system. This study concluded that cultivation using RAS and conventional by flow-through system were not significantly different in terms of water quality, microbial abundance, and shrimp growth rate.
  • Udang Vannamei (Littopenaeus vannamei) atau dikenal sebagai udang putih merupakan biota yang banyak dibudidayakan di Indonesia karena memiliki nilai ekonomis tinggi. Budidaya konvensional pada udang vannamei seringkali identik dengan pengolahan limbah yang kurang baik, dimana limbah budidaya dibuang langsung ke perairan sehingga menyebabkan penurunan kualitas air. Penelitian ini menggunakan 2 sistem budidaya yang berbeda yaitu RAS (Recirculating Aquaculture System) dan sistem konvensional (flow-through). Lokasi penelitian bertempat di BPIUUK Karangasem, Bali. Pengecekan kualitas air pada masing-masing bak meliputi pengukuran amonia, nitrit, TSS (Total Suspended Solid) dan kelimpahan mikroba. Pengukuran berat dan panjang dimulai dari umur udang 30 hari dengan pengecekan lanjut setiap 7 hari sekali. Pengambilan sample kualitas air maupun pengukuran berat dan panjang dilakukan dengan metode Random sampling pada masing-masing bak pembesaran. Berdasarkan data hasil penelitian, kualitas air budidaya menggunakan RAS dan konvensional tidak berbeda nyata. Data kelimpahan mikroba yang di dapat pada budidaya menggunakan RAS dan konvensional tidak berbeda nyata, terbukti pada hasil yang didapatkan pada RAS mencapai 2,0 x 105 cfu/mL dan pada budidaya konvensional mencapai 2,1 x 105 cfu/mL. Laju pertumbuhan dengan nilai rata-rata ADG (Average Daily Growth) pada RAS sebesar 0,88 g sedangkan pada konvensional sebesar 0,80 g. Perbandingan budidaya menggunakan RAS dan konvensional flow-through secara keseluruhan tidak berbeda nyata dari segi kualitas air, kelimpahan mikroba dan laju pertumbuhan.