Daftar Isi:
  • Masyarakat Indonesia saat ini mudah terjebak dalam penggunaan simbol-simbol keagamaan, yang dimaknai secara banal. Tulisan ini didasarkan pada hasil penelitian dari tim penulis. Substansi tulisan ini berasal dari analisis dan pengamatan atas kasuskasus yang dialami oleh mahasiswi bercadar di IAIN Kendari terkait dengan interaksi mereka dengan pihak kampus maupun pihak sesama mahasiswa. Dari kasus-kasus tersebut, ada dua pembahasan utama. Pertama penyebab munculnya fenomena mahas iwi berjilbab di IAIN Kendari. Kedua, dampak sosial akademis terhadap situasi kampus akademik yang berbasis keagamaan secara khusus dan implikasi sosial pada pemaknaan atas hak-hak perempuan secara umum. Fenomena mahasiswi bercadar di IAIN Kendari mulai muncul sejak 2014 dan makin menguat pada 2017 dengan terdaftarnya tujuh mahasiswi bercadar. Hadirnya mahasiwi bercadar disikapi beragam oleh masyarakat kampus, mulai dari pembiaran juga pembelaan, kesalahan pemberian nilai oleh dosen, bahkan pemanggilan khusus oleh pimpinan. Sikap kampus dan lingkungan, dianggap oleh para mahasiswi tersebut sebagai efek dari stigmatisasi atas “sepotong kain” cadar yang mereka kenakan. Sebaliknya, dari pihak kampus, keberadaan para mahasiswi ini dipandang sebagai tanda terbukanya akses bagi paham dan organisasi fundamental dan radikal masuk dan menyusup dalam organisasi intra kampus. Kampus kemudian panik dan bereaksi sepihak. Padahal keberadaan dari organisasi fundamental dan radikal di kampus tidak lepas dari sikap kampus yang awalnya membiarkan bahkan memberikan “restu”atas kehadiran organisasi-organisasi tersebut. Semestinya pihak kampus memilih pendekatan yang lebih mengedepankan dialog dan upaya untuk mendekonstruksi paham radikal itu ketimbang bereaksi keras dan sepihak. Para mahasiswi itu sebetulnya adalah korban dari konstruksi ideologi patriarki yang harus dibantu untuk keluar dari kungkungan ideologi tersebut.