Kearifan Lokal Adat Minangkabau Dalam Pelestarian Hutan Tropis Basah Di Kecamatan Harau, Kabupaten Limapuluh Kota, Provinsi Sumatera Barat
Main Author: | Pasca Zenitho Nuari |
---|---|
Format: | Digital Versatile Disc |
Bahasa: | ind |
Terbitan: |
Program Pascasarjana Universitas Riau
, 2019
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://lib.pps.unri.ac.id//index.php?p=show_detail&id=3451 http://lib.pps.unri.ac.id//lib/minigalnano/createthumb.php?filename=../../images/docs/Pasca_Z_N.PNG.PNG&width=200 |
Daftar Isi:
- Abstrak Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Harau yang mempunyai hutan tropis basah seluas 270, 5 Ha di atas bukitnya yang merupakan Cagar Alam (Lampiran 3a dan 3b), air terjun yang dapat mengairi sawah-sawah di sekitar lembah dan objek wisata air terjun serta kolam renang seluas 27,5 Ha (Taman Wisata Alam). Secara administratif hutan tropis basah tersebut berada di Kabupaten Limapuluh Kota, Provinsi Sumatera Barat. Pemilihan lokasi ini didasarkan pada kenyataan bahwa masyarakatnya masih menggunakan kearifan lokal dan petatah petitih adat Minangkabau dalam melestarikan hutan tropis basah. Tujuan penelitian adalah: 1. Mengevaluasi nilai-nilai kearifan lokal adat Minangkabau dalam interaksi masyarakat dengan lingkungan terhadap pelestarian hutan tropis basah di Kecamatan Harau. 2. Mengevaluasi dinamika konfigurasi nilai-nilai kearifan lokal adat Minangkabau yang kontekstual dan progresif dalam menyikapi perubahan ekologi hutan tropis basah di Kecamatan Harau.Pendekatan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode penelitian kualitatif yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa ucapan atau tulisan dan perilaku orang-orang yang diamati. Data atau informasi tentang nilai-nilai kearifan lokal dikumpulkan dari suatu kelompok masyarakat melalui wawancara langsung yang berpedoman pada pertanyaan (kuesioner) yang telah disediakan sebelumnya. Kelompok masyarakat yang dijadikan subjek (responden) dalam penelitian ini berjumlah 35 orang (30% dari warga asli Minang), terdiri dari 5 orang tokoh adat (ketua adat, penghulu, dubalang, manti/cendekiawan, dan tungganai/mamak rumah), dan 30 orang warga asli Minang yang bermukim di sekitar hutan tropis basah Harau. Analisis data menggunakan analisis domain semantik yang merupakan penyelidikan terhadap pengetahuan dan pelaksanaan kearifan lokal masyarakat, dan akibatnya terhadap pelestarian hutan tropis basah. Jadi analisis domain semantik dilakukan untuk memperoleh gambaran yang menyeluruh tentang situasi yang diteliti. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa:1) Nilai-nilai kearifan lokal adat Minangkabau dalam interaksi masyarakat dengan lingkungan hutan tropis basah tidak sepenuhnya dilaksanakan oleh masyarakat (karena alasan ekonomi) seperti menanam gambir di lereng bukit, memetik pakis dan bunga-bungaan sehingga menyebabkan kerusakan sekitar 10% (27 Ha) hutan tropis basah Harau Konfigurasi kearifan lokal adat Minangkabau (petatah petitih, pantun, talibun, gurindam, dan tambo, kalau dilaksanakan sepenuhnya dapat mencegah terjadinya kerusakan hutan tropis basah di Kecamatan Harau. Hal ini dapat diketahui dari banyaknya tumbuhan tingkat tinggi yang masih menutupi permukaan tanah di atas dan di lereng bukit sehingga tanahnya sebagian besar (90%) tidak terbuka, yang dapat mencegah erosi dan peredaran hidrologinya tetap terjaga (tidak banjir di musim penghujan, tidak kering di musim kemarau). 2) Perubahan ekologi hutan tropis basah dapat diatasi dengan penerapan kearifan lokal yang efektif dan efisien oleh Pemangku Adat kepada anak kemenakan (masyarakat).Kata kunci: kearifan lokal, adat Minangkabau, hutan tropis basah Harau.Abstract The research was conducted in Harau have 270.5 hectares wet tropical forest above on hill as Natural Preserve, 27.5 hectares as waterfall can irrigation rice field, swimming pool around valley, and recreation (Nature Tourism Park). Location of wet tropical forest in Limapuluh Kota Regency, West Sumatera Province. The choose location based on reality that cummunity still used local wisdom of Minangkabau custom to sustainable wet tropical forest. The aim this researched to: 1) Evaluate of local wisdom of Minangkabau custom values to interaction community with environment and sustainable wet tropical forest in Harau. 2) Evaluate the dynamic contextual-progressive of local wisdom of Minangkabau custom values in addressing the ecological changes of wet tropical forest in Harau. The approach this research used qualitative research method. Research procedure is result descriptive data likes speech, writing, and behavior of cummunity. Data or information about local wisdom values was collected with questioner from community of society. Community of society consisted 35 persons are 1 person top leader and 4 persons leader of custom and 30 persons of native Minangkabau are living around wet tropical forest. Analysis of data used domain semantic to observation knowledge and interaction local wisdom of cummunity to sustainable wet tropical forest. Domain semantic analysis used to descriptive about research situation.Based on research: 1) The local wisdom of Minangkabau custom not all cummunity was used to interaction with environment wet tropical forest likes planted gambier (Uricaria gambier), take harvest vegetable and flowers until causing damaged about 10% (27 hectares) wet tropical forest in Harau. Configuration of Minangkabau custom local wisdom values (petatah petitih, pantun, talibun, pituah, tambo, and gurindam) and local wisdom to manage forests, soil and water done completely can prevent damage Harau wet tropical forest. This can be known from the high-level plants that still cover the soil above and on the hillside of the land (90%) is not open, which can prevent the erosion and circulation of hydrology is maintained (not flooding in the rainy season, not dry in dry season). 2) The change ecology of Harau wet tropical forest can manage with application effective and efficient local wisdom by Minangkabau Custom Leader to cummunity.Keywords: Local wisdom, Minangkabau custom, Harau wet tropical forest.