TARO CATTLE AURICLE MORFOMETRY IN TARO VILLAGE, TEGALLALANG DISTRICT, GIANYAR REGENCY, BALI
Main Authors: | Lestari, Silvia Dwi, Heryani, Luh Gde Sri Surya, Susari, Ni Nyoman Werdi |
---|---|
Format: | Article info application/pdf eJournal |
Bahasa: | ind |
Terbitan: |
The Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University
, 2022
|
Online Access: |
https://ojs.unud.ac.id/index.php/buletinvet/article/view/93534 https://ojs.unud.ac.id/index.php/buletinvet/article/view/93534/49219 |
Daftar Isi:
- In contrast to Bali cattle, which have known characterization of both body sizes and genetics, the Taro white cattle not many people know the phenotypic and genotypic characterization. The ear is one of the important organs of the body to determine the morphometric characterization of cattle. The ear is an important organ that functions to maintain balance, which is related to other organs such as the eyes, joints, muscles, and skin. This research is done to determine the morphometry of white taro cattleās auricle in Taro village, Tegallalang District, Gianyar Regency, Bali, Indonesia. The amount of samples used is 26 taro cattle (> 3 years old). Measuring tape with cm as its unit is used to measure the auricle. The data collected includes length and width analyzed quantitatively. To test the differences between males and females, a T-test (Independent T-test) was used, the analytical procedure using the SPSS program was used. The measurement of the auricle of the male and female taro white cattle obtained the average length and width of the bulls (22.833 cm and 3.8883 cm) while in females (21.785 and 3.5771 cm) the P value < 0.01 (P = 0.00) means that there is a very significant difference between the average length and width of the ear auricles of male and female white cattle. Longer auricles can adapt more easily to hot conditions. The standard deviation value is smaller than the average value which indicates the data is acceptable or homogeneous.
- Berbeda dengan sapi bali yang sudah diketahui karakteristiknya baik ukuran tubuhnya maupun genetiknya, sementara sapi putih taro ini belum banyak orang yang mengetahui karakteristik fenotip maupun genotipnya. Telinga merupakan organ yang penting karena berfungsi untuk menjaga keseimbangan yang berkaitan dengan mata, persendian, otot, dan kulit. Sapi taro memiliki puncak kepala yang datar dengan telinga berwarna putih berukuran sedang dan berdiri. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui morfometri daun telinga sapi putih taro di Desa Taro, Kecamatan Tegallalang, Kabupaten Gianyar, Bali, Indonesia. Jumlah sampel adalah 26 ekor sapi taro (umur > 3 tahun). Pita ukur dengan satuan cm digunakan untuk pengukuran pada daun telinga. Data yang diperoleh yaitu Panjang dan lebar dianalisis secara kuantitatif. Untuk menguji perbedaan antara jantan dan betina digunakan uji T (Independent T-test) prosedur analisis menggunakan program SPSS. pengukuran daun telinga sapi putih taro jantan dan sapi putih taro betina diperoleh nilai rata-rata panjang dan lebar sapi jantan (22,833 cm dan 3,8883 cm) sedangkan pada betina (21,785 dan 3,5771 cm) dengan nilai P<0,01 (P = 0,00) diartikan bahwa ada perbedaan yang sangat nyata antaran rata-rata hasil panjang dan lebar daun telinga sapi putih taro jantan dan betina. Daun telinga yang lebih panjang dapat lebih mudah menyesuaikan diri dengan kondisi panas. Nilai standar deviasi lebih kecil dibandingkan nilai rata-rata yang menandakan dara tersebut dapat diterima atau homogen.