RESISTENSI MASYARAKAT PESISIR PANTAI TERHADAP RENCANA PENAMBANGAN PASIR BESI DI KABUPATEN KULON PROGO PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
Main Author: | ANDI ACHMAD |
---|---|
Format: | Bachelors |
Bahasa: | ind |
Terbitan: |
STPN Yogyakarta
, 2011
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://library.stpn.ac.id/opac/index.php?p=show_detail&id=5826 |
Daftar Isi:
- Indonesia merupakan negara kepulauan terluas di dunia, terdiri dari pulau besar dan kecil berjumlah sekitar 17.000 pulau. Selain alam yang indah, bumi Indonesia banyak mengandung mineral kekayaan alam yang penting bagi pertumbuhan industri dunia. Kandungan melimpah mineral, minyak, emas, dan sebagainya serta keanekaragaman budaya dan masyarakat yang majemuk di Indonesia. menjadikan Indonesia mempunyai titik-titik panas berupa potensi konflik yang siap menyala sewaktu-waktu.Wilayah Kabupaten Kulon Progo mempunyai kawasan pesisir pantai yang pasir besinya mengandung unsur Besi (Fe) yang cukup bagus bagi bahan pembuatan besi baja. Kawasan tersebut terletak di Pantai Selatan Kabupaten Kulon Progo sepanjang kurang lebih 22km. Potensi yang terkandung dalam pasir besi ini yaitu mengandung cadangan besi (Fe) sebanyak 33,6 juta ton Fe. Bila kemampuan maksimal angkat yang bisa dikerjakan 1 juta ton per tahun maka memerlukan waktu kurang lebih 30 tahun untuk menambang keseluruhan potensi unsur besi yang ada. Proyek ini dapat menghasilkan jutaan dollar pemasukan bagi daerah Kabupaten Kulon Progo melalui pajak, royalti dan dana pembangunan komuniti. Namun sampai saat ini, proyek tersebut mengalami kendala yaitu penolakan dari masyarakat setempat yang selama ini bermukim dan bercocok tanam di lahan pantai tersebut. Hal inimenarik penulis untuk melakukan serangkaian penelitian untuk mengetahui latar belakang terjadinya penolakan warga. Penelitiandilakukan dengan metode kualitatif deskriptif yang dipandang penulis sebagai metode yang tepat untuk menggali informasi dan fakta tersembunyi di tengah masyarakat yang melakukan penolakan.Hasil dalam penelitian kemudian di analisis dengan menggunakan teori dan konsep-konsep tentang konflik ditengah masyarakat. Tubagus Ronny Rahman Nitibaskara mengatakan bahwa diantara konflik yang membahayakan adalah konflik antara masyarakat dan pemerintah daerah, terutama disebabkan permasalahan tanah atau lahan yang bernilai ekonomis tinggi. Kebijakan pembangunan oleh pemerintah daerah seringkali mendapatkan perlawanan dan penolakan masyarakatnya sendiri. Karakteristik dan latar belakang budaya menjadikan bentuk dan motivasi perlawanan masyarakat menjadi corak yang berbeda di tiap daerah. Dari hasil penelitian maka penulis menemukan bahwa terdapat situasi awal yang menyebabkan timbulnya prasangka sosial di tengahmasyarakat terhadap kehadiran proyek penambangan pasir besi akibat tidak maksimalnya informasi dan sosialisasi yang dilakukan oleh pihak pemerintah daerah sebelum rencana proyek tersebut digulirkan. Prasangka sosial yang semakin menguat menjadikan berbagai langkah untuk memulai proyek penambangan selalu menemui jalan buntu.
- x, 60 hlm.: ilus.; 30 cm