Kultur Tunas Kentang Varietas Tedjo MZ Secara In Vitro pada Konsentrasi NAA dan BAP yang Berbeda
Daftar Isi:
- Produksi kentang di Indonesia fluktuatif. Fluktuasi produksi disebabkan serangan hama dan patogen, teknik budidaya yang salah, serta keterbatasan varietas unggul. Oleh karena itu, diperlukan benih kentang yang unggul dan metode tertentu seperti kultur jaringan untuk memenuhi kebutuhan benih kentang di masyarakat. Tujuan penelitian: 1) Mengetahui pemberian NAA, BAP, dan kombinasinya terhadap pertumbuhan tunas kentang varietas Tedjo MZ, 2) Mengetahui konsentrasiterbaik pemberian NAA, BAP, dan kombinasinya terhadap pertumbuhan tunas kentang varietas Tedjo MZ. Metode peneltian: Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Januari 2019 hingga bulan Mei 2019. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pemuliaan Tanaman dan Bioteknologi Fakultas Pertanian, Universitas Jenderal Soedirman. Garis besar penelitian: Penelitian diawali dengan sterilisasi benih kentang yang diperloleh dari penangkar benih di Batur, Banjarnegara. Kentang dicuci, disikat, dan dialiri air. Setelah itu, kentang direndam di dalam kloroks 10% selama 10 menit. Kentang kemudian dimasukkan ke larutan asam giberelat dan kemudian dikering angkinkan. Kentang kemudian dibiarkan tumbuh pada kotak steril tembus cahaya yang sudah dilubangi dan disterilisasi dengan alkohol 70%. Setelah itu, media dibuat sesuai kebutuhan penelitian. Setelah itu, tunas apikal dan lateralnya dipotong untuk dijadikan eksplan. Setelah itu, tunas kentang disterilisasi lagi di dalam LAF dengan alkohol 70% selama 30 detik dan kloroks 10% selama 10 menit. Setelah itu eksplan ditanam di botol bermedia MS sesuai perlakuan, dan ditutup dengan kertas almunium foil serta plastik. Botol yang sudah ditanam diberi label perlakuan dan tanggal penanaman serta diletakkan di rak. Setelah itu, pertumbuhan eksplan diamati sesuai variabel penelitian. Kesimpulan: Dari penelitian yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa pemberian NAA tidak berpengaruh terhadap semua variabel. Pada variabel tinggi planlet, bobot planlet, panjang akar, dan jumlah akar, penambahan BAP tidak lebih baik dari perlakuan kontrol. Pada interksi NAA dan BAP, respon jumlah akar terhadap penambahan hormon tidak lebih baik dari kontrol.