Strategi Pengembangan Usahatani Jagung Hibrida di Kecamatan Sumbang, Kabupaten Banyumas, Provinsi Jawa Tengah
Daftar Isi:
- Sektor pertanian merupakan sektor yang penting bagi pertumbuhan perekonomian di Indonesia dalam rangka pemenuhan konsumsi dengan cara pemenuhan ketersediaan pangan pengganti beras yaitu jagung. Kebutuhan konsumsi jagung di Indonesia terus meningkat. Kabupaten Banyumas merupakan salah satu sentra produksi tanaman jagung di Jawa Tengah khususnya di Kecamatan Sumbang. Namun pengembangan usahatani jagung sulit untuk dilakukan, hal ini disebabkan karena harganya yang cenderung rendah dan stabil, serta diversifikasi produk yang tidak terlalu banyak. Untuk dapat mengatasi masalah tersebut penelitian ini bertujuan untuk: 1). Mengetahui keragaman usahatani, 2). Mengetahui total biaya produksi, total penerimaan, dan keuntungan usahatani, 3). Mengetahui tingkat efisiensi, 4). Mengetahui besarnya risiko pada usahatani, 5). Mengetahui besarnya sensitivitas akibat perubahan harga jagung, biaya sewa lahan, dan biaya tenaga kerja terhadap keuntungan usahatani, 6). Mengetahui tingkat pengembangan optimal yang tepat, Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Sumbang Kabupaten Banyumas. Penentuan tempat penelitian dilakukan dengan sengaja (purposive). Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 28 Februari-30 Maret 2019. Menggunakan teknik analisis deskriptif, biaya penerimaan dan keuntungan usahatani, analisis kelayakan, analisis risiko, analisis sensitivitas, dan pohon keputusan. Metode yang digunakan untuk mengambil responden adalah Simple Random Sampling dan diperoleh sebanyak 40 orang responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1). Usahatani Jagung Hibrida di Kecamatan Sumbang, Kabupaten Banyumas tidak beragam. 2). Rata-rata total biaya usahatani jagung hibrida di Kecamatan Sumbang Kabupaten Banyumas periode Juli-Oktober 2018 sebesar Rp8.405.605,-/Ha dengan rata-rata total penerimaan sebesar Rp13.757.244,-/Ha, sehingga rata-rata keuntungan usahatani yang diperoleh sebesar Rp5.351.639,-/Ha. 3). Nilai R/C sebesar 1,64. 4). Risiko produksi diperoleh nilai CV sebesar 0,08, sedangkan risiko harga diperoleh CV sebesar 0,01 5). Kenaikan biaya tenaga kerja, sewa lahan dan penurunan harga jual jagung sensitif terhadap keuntungan yakni kenaikan biaya tenaga kerja dan sewa lahan sebesar 95 persen dan penurunan harga jual jagung sebesar 40 persen menghasilkan nilai negatif sehingga dapat merugikan petani. 6). Skenario kombinasi terbaik dalam pengembangan usahatani jagung hibrida yakni skala pengembangan 25 persen dan peningkatan produksi 25 persen.