Strategi Pengembangan Pangan Lokal Dengan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) (Studi Kasus di Kabupaten Banyumas, Provinsi Jawa Tengah)
Daftar Isi:
- Pangan lokal adalah pangan segar yang belum diolah yang dihasilkan dan dijual di lingkungan sekitar desa atau di lingkungan kabupaten atau provinsi. Pangan lokal dapat mengurangi ketergantungan terhadap beras. Namun, diperlukan strategi oleh pemerintah yang mengacu pada kondisi dan permasalahan pangan lokal serta kebijakan pemerintah untuk meningkatkan konsumsi pangan lokal. Oleh karena itu, tujuan penelitian ini adalah 1) mencari faktor dan aktor yang mempengaruhi pengembangan pangan lokal, 2) menyusun strategi pengembangan pangan lokal berdasarkan eigen vector dengan metode AHP. Penelitian dilaksanakan dari bulan Maret sampai Juli 2019 di Daerah Kabupaten Banyumas. Data diperoleh menggunakan kuesioner dengan 2 tahapan. Tahap pertama untuk mencari 3 alternatif strategi hirarki induk dengan eigen vector tertinggi. Tahap kedua untuk mencari alternatif strategi sub hirarki I,II, dan III. Jumlah responden setiap tahapan adalah 150 orang yang berasal dari pejabat pemerintah, staf universitas, pengusaha olahan lokal, distributor produk pertanian, petani, dan konsumen. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Metode analisis yang digunakan adalah Analytical Hierarchy Process (AHP) dan hasil akhir AHP berupa urutan prioritas faktor, aktor, dan alternatif. Hasil penelitian menunjukan faktor yang mempengaruhi pengembangan pangan lokal beserta besaran nilai eigen vector yaitu: 1) teknologi (0,25), 2) pemasaran (0,21), 3) sumber daya manusia (0,18), 4) sarana & prasarana (0,14), 5) kebijakan pemerintah (0,10), 6) iklim & cuaca, dan 7) geografis (0,05). Aktor yang berperan dalam pengembangan pangan lokal yaitu: 1) pemerintah (0,34), 2) universitas (0,19), 3) pengusaha olahan lokal (0,17), 4) konsumen (0,11), 5) distributor produk pertanian (0,10), dan 6) petani (0,09). Pengembangan yang dilakukan berfokus pada peningkatan produksi (0,31). Urutan prioritas alternatif dalam peningkatan produksi yaitu: 1) inovasi teknologi budi daya pra/pasca panen (0,28), 2) ekstensifikasi lahan (0,27), 3) intensifikasi lahan (0,25), dan 4) optimalisasi lahan (0,21). Peningkatan diversifikasi produk (0,19) menjadi alternatif kedua dalam pengembangan pangan lokal. Urutan prioritas alternatifnya yaitu: 1) peningkatan usaha tani terpadu (0,27), 2) bersinergi dengan perguruan tinggi (0,26), 3) peningkatan nilai tambah produk (0,25), dan 4) industri untuk hilirasi produk (0,22). Memperkuat kebijakan pemerintah (0,16) menjadi alternatif ketiga tertinggi pada pengembangan pangan lokal. Urutan prioritas alternatifnya yaitu: 1) pemberdayaan perempuan (0,24), 2) membentuk dewan pengembangan pangan lokal (0,23), 3) pemetaan dan perencanaan pengembangan wilayah (0,19), 4) penguatan pemodalan asuransi (0,18), dan 4) kebijakan mendorong percepatan diversifikasi (0,17).