Daftar Isi:
  • Tingginya resiko bencana tanah longsor di musim hujan menjadi ancaman yang sering terjadi di Kabupaten Banyumas. Berdasarkan informasi dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) tercatat bahwa terdapat total 96 kejadian bencana tanah longsor di Kabupaten Banyumas dari tahun 2015 sampai 2019. Peristiwa terbanyak terjadi pada tahun 2017 dengan angka kejadian mencapai 35 kali. Identifikasi mengenai daerah rawan longsor sangat diperlukan di lokasi penelitian untuk keperluan mitigasi kebencanaan. Identifikasi dilakukan dengan membuat peta stabilitas lereng yang dimodelkan melalui pendekatan spasial serta mengetahui korelasinya dengan curah hujan harian. Pemodelan stabilitas lereng dianalisis dengan menghitung faktor keamanan lereng pada bidang potensi longsor menggunakan data spasial yang diperoleh dari metode interpolasi kriging dan IDW melalui software R Studio dan QGIS. Perhitungan diasumsikan bahwa tanah berjenis lempung organik dan longsor akan terjadi bila tanah jenuh atau kadar air mencapai 100%. Dari hasil pemodelan yang dilakukan tercatat 277 desa yang terprediksi sebagai daerah rawan longsor, diantaranya 255 desa dengan kategori lereng labil dan 188 desa dengan kategori lereng kritis. Hasil tersebut memiliki validasi sebesar 95,71 % dari data histori bencana longsor selama tahun 2005 – 2019. Hasil korelasi menunjukkan bahwa curah hujan berpengaruh terhadap nilai faktor keamanan lereng. Semakin besar curah hujan maka nilai faktor aman semakin kecil yang artinya semakin rentan pula untuk terjadinya tanah longsor.