Daftar Isi:
  • Latar Belakang: Apoteker dapat berperan memberikan layanan tambahan guna peningkatakan kualitas pelayanan kefarmasian yang dapat diukur nilai ekonominya melalui pengukuran Willingness to Pay (WTP). Namun nilai WTP dapat dipengaruhi oleh faktor lainnya, salah satunya yaitu persepsi pasien tentang apoteker. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara persepsi pasien tentang apoteker dan nilai WTP pasien untuk suatu pelayanan kefarmasian. Metodologi: Penelitian ini merupakan studi observasional dengan metode crosssectional yang dilakukan di Kabupaten Banyumas wilayah Timur. Kuesioner persepsi dikembangkan dan diadaptasi dari penelitian Hanna & White. Pengukuran nilai WTP menggunakan kuesioner jenis payment scale berdasarkan hypothetical scenario pelayanan kefarmasian. Sebanyak 8 Puskesmas dipilih berdasarkan purposive sampling kemudian kuesioner diberikan ke 91 pasien Diabetes Mellitus peserta Prolanis yang ditentukan secara convenience. Seluruh data dianalisis secara deskriptif dan diuji korelasi menggunakan spearman’s rank. Hasil Penelitian: Sebagian besar pasien memiliki persepsi positif (82,4%) dan mayoritas bersedia membayar (89%) dengan rata-rata Rp22.527 (±Rp20.660) sedangkan yang paling banyak dipilih (22,2%) adalah Rp50.000. Hasil analisis korelasi menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara persepsi dan nilai WTP (p=0,004; r=0,297). Kesimpulan: Pelayanan kefarmasian terus ditingkatkan dan pelayanan berbasis Medication Therapy Management (MTM) mulai dapat dilakukan apoteker secara komprehensif di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP).