Daftar Isi:
  • Susut Masak dan Daya Ikat Air Daging Puyuh Betina Afkir Dengan Pembaluran Kulit Nanas (Ananas comosus L. Merr) Pada Dosis dan Lama Waktu Yang Berbeda. Penelitian dilakukan di Laboratorium Teknologi Hasil Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto. Penelitian bertujuan untuk mengetahui interaksi antara dosis dan lama waktu pembaluran kulit nanas yang berbeda terhadap susut masak dan daya ikat air daging puyuh betina afkir. Penelitian menggunakan materi yaitu 24 ekor puyuh betina afkir umur 16 bulan, 4 buah nanas yang matang (kulit berwarna kuning) dan aquades. Penelitian menggunakan metode eksperimen. Rancangan penelitian yaitu Rancangan Acak Lengkap (RAL) Pola Faktorial 3 × 2, faktor pertama dosis pembaluran kulit nanas yaitu 0% (D1), 15% (D2) dan 30% (D3), faktor kedua lama pembaluran kulit nanas selama 10 menit (L1) dan 20 menit (L2). Variabel yang diamati yaitu susut masak dan daya ikat air. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis variansi dan dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Jujur. Hasil penelitian, interaksi antara dosis dan lama waktu pembaluran kulit nanas yang berbeda berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap susut masak dan daya ikat air, sedangkan dosis pembaluran kulit nanas berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap susut masak dan lama waktu pembaluran kulit nanas berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap daya ikat air daging puyuh betina afkir. Rataan susut masak daging puyuh betina afkir adalah D1: 15,858 %, D2: 20,275 %, D3: 21,064 %. Rataan nilai daya ikat air: L1: 48,956 %, L2: 51,777 %. Kesimpulan, pemakaian kulit nanas sebagai bahan pembalur daging puyuh betina afkir sampai dengan dosis 30 % dapat meningkatkan susut masak daging puyuh betina afkir dan diperoleh nilai daya ikat air daging puyuh betina afkir yang relatif sama. Pembaluran kulit nanas pada daging puyuh betina afkir sampai dengan 20 menit dapat meningkatkan daya ikat air dan diperoleh nilai susut masak daging puyuh betina afkir yang relatif sama.