ESTIMASI LUASAN DAN PERKEMBANGAN DAERAH JELAJAH ELANG BRONTOK (Nisaetus cirrhatus) PASCA REHABILITASI DI PUSAT KONSERVASI ELANG KAMOJANG GARUT JAWA BARAT
Main Authors: | Widiana, Ana; Jurusan Biologi UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Iqbal, Rifki M.; Jurusan Biologi UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Yuliawati, Astri; Jurusan Biologi UIN Sunan Gunung Djati Bandung |
---|---|
Format: | Article info application/pdf eJournal |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
JURNAL ISTEK
, 2017
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://journal.uinsgd.ac.id/index.php/istek/article/view/1483 http://journal.uinsgd.ac.id/index.php/istek/article/view/1483/1044 |
Daftar Isi:
- Elang atau raptor merupakan burung pemangsa yang berperan sebagai predator dalam suatu ekosistem. Namun ancaman perburuan, perdagangan dan pemeliharaan terhadap jenis-jenis raptor juga sangat tinggi. Salah satu upaya untuk menjaga kelestarian populasinya di alam adalah dengan cara konservasi secara insitu dan rehabilitasi untuk dikembalikan ke alam (return to the wild). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui estimasi luasan dan perkembangan daerah jelajah elang brontokyang dilepasliarkan setelah melewati masa rehabilitasi. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 6 Juni – 3 Juli 2015 di sekitar kawasan CA/TWA Kamojang Desa Sukakarya Kec. Samarang Garut Jawa Barat, dengan keadaan cuaca di lapangan pada saat penelitian adalah kemarau. Pengamatan daerah jelajah dilakukan dengan menggunakan metode Spot-mapping (territory mapping). Pengolahan data titik-titik perjumpaan dan garis jelajah pada peta dilakukan dengan menggunakan software QGIS version 2.8.3-Wien dan analisis data untuk menghitung luasan daerah jelajah dengan minimum polygon dan metode sel berpetak (grid cells method), dengan ukuran tiap kotak (cell) 100 m x 100 m. Estimasi luasan daerah jelajah Elang Brontok pasca rehabilitasi adalah sebesar +740.000 m2 (0,74 km2) dengan 146 titik lokasi perjumpaan (contact point) selama 11 hari perjumpaan (contact time) dan perkembangan daerah jelajah yang teramati semakin hari semakin meluas, hal ini ditunjukkan dengan jarak titik perjumpaan terjauh sekitar + 1500 m (1,5 km) dari kandang habituasi.