Daftar Isi:
  • Fakoemulsifikasi adalah metode ekstraksi katarak ekstrakapsular yang paling sering digunakan dalam bedah katarak. Perkembangan teknologi fakoemulsifikasi membutuhkan insisi lebih kecil sehingga dapat meminimalkan risiko induksi astigmatisma. Ada tiga jenis insisi pada teknik fakoemulsifikasi (korneal, skleral dan limbal). Penelitian tentang perbandingan derajat astigmatisme antara insisi korneal dengan insisi limbal belum ditemukan. Tujuan penelitian ini mengetahui perbedaan derajat astigmatisma antara insisi korneal dan insisi limbal pasca operasi katarak dengan metode fakoemulsifikasi. Penelitian analitik observasional dengan desain kohort prospektif yang dilakukan pada 38 mata pasien katarak yang menjalani operasi dengan teknik fakoemulsifikasi. Derajat astigmatisma diukur satu minggu pasca operasi dan dianalisis dengan uji mann whitney pada tingkat kemaknaan p<0,05. Derajat astigmatisma pasca operasi katarak dengan metode fakoemulsifikasi teknik insisi limbal dan korneal sebesar -0,13 ± 0,41 D dan -0,12 ± 0,28 D. Hasil uji mann whitney diperoleh p=0,476 (p>0,05) menunjukkan perbedaan derajat astigmatisma antara insisi limbal dan korneal tidak bermakna. Kesimpulan: Tidak terdapat perbedaan derajat astigmatisma pada pasca operasi katarak metode fakoemulsifikasi teknik insisi korneal dan insisi limbal. Kata kunci: Derajat Astigmatisma, Fakoemulsifikasi, Insisi Korneal dan Insisi Limbal