HUBUNGAN KADAR HEMOGLOBIN DAN FREKUENSI TRANSFUSI DENGANTINGGI BADAN PENDERITA THALASEMIA - Studi Observasional Analitik pada Penderita Thalasemia di Kota Semarang
Daftar Isi:
- Thalasemia merupakan penyakit herediter yang dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan berupa tinggi badan terhambat atau stunting. Beberapa faktor yang mempengaruhinya adalah anemia kronis dan peningkatan Fe atau iron overload akibat terapi transfusi darah yang diberikan. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan kadar Hb dan frekuensi transfusi dengan tinggi badan penderita thalasemia di Palang Merah Indonesia Semarang. Penelitian observasional analitik dengan rancangan cross sectional menggunakan sampel 31 orang penderita thalasemia yang melakukan transfusiserta telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Data didapat melalui wawancara dengan kuesioner dan pengukuran tinggi badan secara langsung. Data penelitian dianalisis dengan uji korelasi Pearson dan Spearman. Hasil penelitian didapatkan 14 orang laki-laki dan 17 orang perempuan penderita thalasemia dengan rata-rata umur adalah 11,48 ± 4,47 tahun, frekuensi transfusi pertahun 10,77 ± 1,47 kali, total transfusi adalah 93,19 ± 72,04 kali, Hb pretransfusi 6,8 ± 1,47 g/dl, Z skor tinggi badan sebesar -2,48 ± 1,44 SD. Terdapat18 (58%) pendertita thalasemia dengan tinggi badan terhambat dan 13 (42%) orang penderita thalasemia dengan tinggi badan normal. Hasil uji Person menunjukan terdapat hubungan yang signifikan antara frekuensi transfusi per tahun dan total transfusi dengan tinggi badan (p=0,022) dan (p=0,014), sedangkan hasil uji Spearman tidakada hubungan antara kadar Hb dengan tinggi badan (p=0,153). Disimpulkan tidak terdapat hubungan antara kadar Hb dengan tinggi badan, namun terdapat hubungan antara frekuensi transfusi dengan tinggi badan penderita thalasemia. Kata kunci: Thalasemia, Kadar Hemoglobin, Frekuensi transfusi, Tinggi badan, Stunted