Daftar Isi:
  • Dry eye merupakan kelainan multifaktorial dari lapisan air mata dan permukaan okuler yang mengakibatkan gejala ketidaknyamanan, dan gangguan visual dengan potensi kerusakan permukaan mata. Keadaan dry eye setelah operasi Femto-LASIK berkaitan dengan kerusakan saraf kornea karena fotoablasi stroma kornea saat tindakan operasi. Miopia adalah salah satu kelainan refraksi yang sering dilakukan operasi Femto-LASIK. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan derajat miopia dengan dry eye pasca operasi Femto-LASIK. Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional analitik dengan rancangan cross sectional menggunakan sampel 36 mata secara consecutive sampling, terdiri dari 12 mata miopia derajat ringan, 12 mata miopia derajat sedang dan 12 mata miopia derajat berat pada periode Februari – Juni 2019 di Sultan Agung Eye Center (SEC) Semarang yang memenuhi kriteria inklusi. Pengambilan data menggunakan rekam medis dan melakukan pemeriksaan schirmer’s test kemudian dilakukan analisis data dengan korelasi koefisien kontingensi. Dari penelitian didapatkan pasien miopia derajat ringan mengalami dry eye sebesar 5,6 %, pasien miopia derajat sedang mengalami dry eye sebesar 11,1 %, dan pasien miopia derajat berat mengalami dry eye sebesar 25 %. Hasil uji korelasi koefisien kontingensi menunjukan adanya korelasi antara derajat miopia dengan kejadian dry eye pada pasien pasca Femto-LASIK (p = 0,012), korelasi bernilai positif dengan kekuatan korelasi yang cukup kuat (r = 0,446). Hasil penelitian menunjukkan bahwa didapatkan hubungan bermakna antara derajat miopia dengan kejadian dry eye pada pasien pasca operasi Femto-LASIK. Semakin berat derajat miopia maka semakin besar kejadian dry eye pasca operasi Femto-LASIK. Kata kunci : dry eye, Femto-LASIK, miopia, schirmer’s test