Epidemiologi Filariasis Limfatik di Kecamatan Kota Besi, Kabupaten Kotawaringin Timur Provinsi Kalimantan Tengah
Main Authors: | Setiawan, Budi; Tropical Medicine, Fakultas Kedokteran, Universitas Gadjah Mada, Soeyoko, Soeyoko; Parasitologi, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Gadjah Mada, Satoto, Tri Baskoro; Parasitologi, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Gadjah Mada |
---|---|
Format: | application/pdf eJournal |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
Loka Penelitian dan Pengembangan Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang Baturaja
, 2017
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/spirakel/article/view/6143 |
Daftar Isi:
- Di Kawasan Asia Tenggara sebanyak 60% penduduk telah terinfeksi filariasis. Di Indonesia, berdasarkan profil kesehatan Indonesia, setiap tahunnya terjadi peningkatan kasus filariasis. Pada tahun 2008 dilaporkan sebanyak 11.699 kasus. Distribusi penyakit yang cenderung tersebar di wilayah pedalaman menjadikan data – data epidemiologi yang dibutuhkan untuk program eliminasi filariasis menjadi terbatas. Penelitian ini bertujuan mengetahui spesies vektor filariasis beserta aspek bionomiknya, mengetahui spesies mikrofilaria penyebab filariasis limfatik dan mengetahui gambaran klinis manusia penderita filariasis limfatik. Penelitian ini merupakan penelitian observasional deskriptif, jumlah sampel sebanyak 386 sampel warga yang bersedia menjadi responden dan diambil darahnya. Pengambilan darah kapiler dilakukan pada malam hari dengan cara pengambilan sampel seperti lingkaran obat nyamuk bakar. Penangkapan nyamuk dilakukan sebanyak 10 kali menggunakan umpan orang dalam rumah dan luar rumah, menggunakan light trap serta pada pagi hari. Penelitian yang dilakukan dari Februari hingga Juni mendapatkan 386 sampel darah, jumlah ini dibawah target awal karena banyak penduduk yang tidak bersedia diambil darahnya. Dari 386 sampel darah tepi yang diperiksa terdapat 4 orang yang mikrofilaremia, kepadatan rerata mikrofilaria dalam darah sebesar 4,45 dan spesies filaria yang ditemukan adalah Brugia malayi. Periodisitas mikrofilaria berdasarkan analisis Das & Aikat (1976) ada periodik nokturnal dengan sifat gelombang harmonik dan ada pula yang sub-periodik nokturnal dengan sifat gelombang non harmonik. Mf rate sebesar 1,04%, Acute Disease Rate sebesar 5,44%, sedangkan Cronic Disease Rate 0%. Hasil penangkapan vektor selama 5 bulan memperoleh nyamuk sebanyak 23.194 ekor, nyamuk paling banyak tertangkap adalah Mansonia uniformis (25,60%) kemudian Ma. Bonneae (20,70%), Culex tritaeniorhynchus (19,41%), An. maculatus (16,75%), An. balabacensis (15,27%), Ae. albopictus (1,39%), Ae. aegypti (0,88%). Kepadatan paling tinggi pada bulan Juni dengan puncak aktivitas menggigit pada pukul 21.00 – 22.00, namun, dalam penelitian ini tidak ditemukan larva 3 (L3) dalam tubuh nyamuk yang diperiksa, sehingga perlu dilakukan percobaan di labratorium dengan menggunakan membrane feeding. Filariasis yang terjadi di Kotabesi merupakan filariasis limfatik yang disebabkan oleh Brugia malayi, terjadinya infeksi pada malam hari terkait dengan perilaku nyamuk yang kemungkinan berperan sebagai vektor.