Natural Hazards Analysis in Baleendah District, Bandung Regency, West Java: Analisis Bahaya Alami (Natural Hazards) Di Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung Jawa Barat
Main Authors: | Mazlan, Tjahjono, Boedi, Barus, Baba |
---|---|
Format: | Article info application/pdf eJournal |
Bahasa: | ind |
Terbitan: |
Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, IPB University
, 2020
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://journal.ipb.ac.id/index.php/jtanah/article/view/31231 http://journal.ipb.ac.id/index.php/jtanah/article/view/31231/21107 |
Daftar Isi:
- Flood disasters in Baleendah District (Bandung Regency) which occur every year often cause hundreds of hectares of paddy fields to fail in harvesting. Meanwhile, rapid land use changes occurred in the plain area has caused many paddy fields have turned into settlements, while many of slopes of hills area have turned into barelands caused by rock mining activities. This kind of activity can reduce slope stability and facilitate landslides in the future. Studying the natural hazards for this region becomes important for disaster mitigation needs in the future. The purpose of this study is to map land use and assess flood and landslide hazards in Baleendah District. The research method includes land use visual interpretation from Quickbird imagery, Pairwise Comparison analysis to obtain the weight and score of flood and landslide hazards parameters, and Multi Criteria Evaluation (MCE) analysis to assess the natural hazards. The results showed that the interpretation of Quickbird imagery produced 12 types of land use dominated by settlement types (31.17%) and rice fields (30.90%). From Pairwise Comparison analysis, it was found that the sequence of weights of flood hazard parameters were inundation duration (0.50), inundation frequency (0.33), and inundation depth (0.17), while for landslide hazards were slope steepness (0.50), land use (0.33), and slope form (0.17). Based on the participatory flood-prone mapping, it was found that flood-prone areas were only spread in one village, i.e. Andir Village, while for landslide-prone areas were spread in 5 villages. The results of Multi Criteria Evaluation (MCE) analysis showed that the high and medium class of flood hazards covered 128.99 ha and 34.76 ha respectively, while high, medium and low class of landslide hazards covered 281.62 ha, 940.84 ha and 124.69 ha respectively. Controlling land use change is a good choice to do in this region to reduce natural hazards in the future.
- Bencana banjir di Kabupaten Baleendah (Kabupaten Bandung) yang terjadi setiap tahun seringkali menyebabkan ratusan hektar sawah gagal panen. Sementara itu, perubahan penggunaan lahan yang cepat terjadi di daerah dataran di daerah ini telah menyebabkan banyak sawah berubah menjadi pemukiman, sementara di daerah perbukitan banyak lereng telah berubah menjadi lahan terbuka yang disebabkan oleh kegiatan penambangan batu. Kegiatan semacam ini dapat mengurangi stabilitas lereng dan memudahkan terjadinya longsor di masa depan. Mempelajari bahaya alami untuk wilayah ini menjadi penting untuk kebutuhan mitigasi bencana di masa depan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memetakan penggunaan lahan dan menilai bahaya banjir dan tanah longsor di Kabupaten Baleendah. Metode penelitian meliputi interpretasi visual penggunaan lahan dari citra Quickbird, analisis Pairwise Comparison untuk mendapatkan bobot dan skor parameter bahaya banjir dan tanah longsor, dan analisis Multi Criteria Evaluation (MCE) untuk menilai bahaya alami. Hasil penelitian menunjukkan bahwa interpretasi citra Quickbird menghasilkan 12 jenis penggunaan lahan yang didominasi oleh jenis pemukiman (31,17%) dan sawah (30,90%). Dari analisis Pairwise Comparison, ditemukan bahwa urutan bobot parameter bahaya banjir adalah durasi genangan (0,50), frekuensi genangan (0,33), dan kedalaman genangan (0,17), sedangkan untuk bahaya tanah longsor adalah kemiringan lereng (0,50), penggunaan lahan (0.33), dan bentuk lereng (0.17). Berdasarkan pemetaan rawan banjir partisipatif, ditemukan bahwa wilayah rawan banjir hanya tersebar di satu desa, yaitu Desa Andir, sedangkan untuk daerah rawan longsor tersebar di 5 desa. Hasil analisis Multi Criteria Evaluation (MCE) menunjukkan bahwa bahaya banjir kelas tinggi dan menengah masing-masing meliputi 128,99 ha dan 34,76 ha, sedangkan bahaya longsor kelas menengah, tinggi dan rendah masing-masing mencakup 281,62 ha, 940,84 ha, dan 124,69 ha. Mengontrol perubahan penggunaan lahan adalah pilihan yang baik untuk dilakukan di wilayah ini untuk mengurangi bahaya alami di masa depan.