AKTIVITAS ANTIOKSIDAN KECIBELING, BAKAU MERAH, DAN KATUK PADA METODE EKSTRAKSI DAN RASIO EKSTRAK YANG BERBEDA

Main Authors: Sulastri, Lilik; Sekolah Tinggi Teknologi dan Farmasi, Oktavia, Ika; Sekolah Tinggi Teknologi dan Farmasi, Simanjuntak, Partomuan; Pusat Penelitian Kimia LIPI
Other Authors: Universitas Pancasila, LIPI
Format: Article info application/pdf eJournal
Bahasa: eng
Terbitan: Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan , 2020
Subjects:
Online Access: http://ejurnal.litbang.pertanian.go.id/index.php/bultro/article/view/10167
http://ejurnal.litbang.pertanian.go.id/index.php/bultro/article/view/10167/8958
Daftar Isi:
  • Tumbuhan obat Indonesia, seperti kecibeling {Strobilanthes crispa (L.) Blume}, bakau merah (Rhizophora stylosa Griff.) dan katuk {Sauropus androgynus (L.) Merr.} mengandung senyawa aktif yang berperan sebagai antioksidan. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh metode ekstraksi (maserasi dan infusa) dan rasio perbandingan ekstrak daun kecibeling dan bakau merah, serta batang katuk, baik secara tunggal maupun kombinasi terhadap aktivitas antioksidan ekstrak. Serbuk simplisia kering berukuran 40 mesh dari daun kecibeling, daun bakau merah, dan batang katuk diekstraksi menggunakan pelarut etanol 96 % (metode maserasi) dan dengan pelarut air (metode infusa). Ekstrak tunggal atau kombinasi ekstrak tunggal daun kecibeling, daun bakau merah, dan batang katuk (1:1:1; 1:1:2; 1:2:1; dan 2:1:1) diuji aktivitas antioksidannya berdasarkan metode radikal bebas 2,2-difenil-1-pikrilhidrazil (DPPH). Metode maserasi dengan etanol lebih baik dibandingkan dengan metode infusa dengan air. Antioksidan dari ekstrak etanol daun kecibeling menunjukkan aktivitas paling kuat dengan nilai konsentrasi penghambatan (IC50) sebesar 37,65 ppm dibandingkan dengan ekstrak air. Kombinasi ekstrak etanol tunggal dari daun kecibeling, daun bakau merah, dan batang katuk (2:1:1) bersifat sinergis dengan aktivitas antioksidan paling kuat (IC50= 18,78 ppm), tetapi masih di bawah aktivitas antioksidan vitamin C (IC50 = 4,24 ppm). Ekstrak etanol daun kecibeling secara tunggal atau dikombinasikan dengan ekstrak etanol daun bakau merah dan batang katuk berpotensi dikembangkan sebagai antioksidan.
  • Indonesian medicinal plants, such as Strobilanthes crispa (L.) Blume (locally known as kecibeling), red mangrove (Rhizophora stylosa Griff.) and star gooseberry {Sauropus androgynus (L.) Merr.} contain active compounds that act as antioxidants. The study aimed to determine the effect of extraction methods (maceration and infusion) on the antioxidant activity of both single extract and several combination ratios of the extracts mixture of kecibeling leaves, red mangrove leaves and star gooseberry stems. Dried powdered of the samples of a 40 mesh size were extracted using 96 % ethanol solvent (maceration method) and water solvent (infusion method). A single extract or a combination of the three-single extracts (1: 1: 1; 1: 1: 2; 1: 2: 1; and 2: 1: 1) were then evaluated for their antioxidant activity based on the free radical method 2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl (DPPH). In general, extraction method using ethanol (maceration) was better than water (infusion). Antioxidants activities from ethanol extracts of the kecibeling leaves showed the strongest activity with an inhibitory concentration (IC50) value of 37.65 ppm than the infusion extracts. The combination of a single ethanol extract from the three plants at a ratio of 2: 1: 1 was synergistic, which indicated by its strongest antioxidant activity (IC50 = 18.78 ppm). However, it still below the antioxidant activity of vitamin C (IC50 = 4.24 ppm). Ethanol extract of kecibeling leaves singly or combined with the ethanol extracts of red mangrove leaves and star gooseberry stems can be developed as a potential antioxidant.