Agroforestry kopi Arabika pada kawasan lindung
Main Author: | Waluyani, Datin |
---|---|
Format: | Article info application/pdf eJournal |
Bahasa: | ind |
Terbitan: |
Departemen Riset dan Inovasi
, 2021
|
Subjects: | |
Online Access: |
https://jurnal.puslitbangperhutani.com/index.php/JPHLP/article/view/32 https://jurnal.puslitbangperhutani.com/index.php/JPHLP/article/view/32/24 |
Daftar Isi:
- Keberadaan masyarakat di sekitar hutan di wilayah Perum Perhutani, merupakan kondisi umum di Pulau Jawa. Perhutanimenerapkan kegiatan agroforestry bekerjasama dengan masyarakat hutan, yaitu tumpangsari kopi. Menanam kopi sudah menjadi budaya masyarakat di sekitar Bondowoso. Jenis kopi yang dikembangkan adalah kopi arabika, yaitu jenis yang dinilai lebih baik kualitas dan nilai jualnya. Tumpangsari kopi dengan tanaman utama pinus (Pinus merkusii) pada hutan produksi telah dikembangkan di wilayah BKPH Sukosari dalam lima tahun ini, yaitu masing-masing di RPH Blawan (15 ha), RPH Sumber Wringin (211,6 ha), dan RPH Sukorejo (2.119,24 ha). Penerapan budidaya kopi ini dilakukan secara organik, yaitu menggunakan pupuk organik berupa pupuk kandang dan bahan organik (seresah hutan) yang dimasukkan ke dalam parit buntu “gondang-gandong” dengan ukuran panjang 50 – 60 cm, lebar 25 – 50 cm dan dalam 20 – 30 cm. Pengembangan budidaya kopi arabika pada kawasan lindung yang didominasi jenis suren (Toona sureni), menghasilkan produksi kopi arabika (glondong basah) dengan rerata 3,59 ton/ha. Pendapatan dari budidaya kopi arabika sangat menjanjikan dan merupakan penghasilan utama bagi masyarakat hutan tersebut (LMDH Sukorejo Makmur).
- Keberadaan masyarakat di sekitar hutan di wilayah Perum Perhutani, merupakan kondisi umum di Pulau Jawa. Perhutani menerapkan kegiatan agroforestry bekerjasama dengan masyarakat hutan, yaitu tumpangsari kopi. Menanam kopi sudah menjadi budaya masyarakat di sekitar Bondowoso. Jenis kopi yang dikembangkan adalah kopi arabika, yaitu jenis yang dinilai lebih baik kualitas dan nilai jualnya. Tumpangsari kopi dengan tanaman utama pinus (Pinus merkusii) pada hutan produksi telah dikembangkan di wilayah BKPH Sukosari dalam lima tahun ini, yaitu masing-masing di RPH Blawan (15 ha), RPH Sumber Wringin (211,6 ha), dan RPH Sukorejo (2.119,24 ha). Penerapan budidaya kopi ini dilakukan secara organik, yaitu menggunakan pupuk organik berupa pupuk kandang dan bahan organik (seresah hutan) yang dimasukkan ke dalam parit buntu “gondang-gandong” dengan ukuran panjang 50 – 60 cm, lebar 25 – 50 cm dan dalam 20 – 30 cm. Pengembangan budidaya kopi arabika pada kawasan lindung yang didominasi jenis suren (Toona sureni), menghasilkan produksi kopi arabika (glondong basah) dengan rerata 3,59 ton/ha. Pendapatan dari budidaya kopi arabika sangat menjanjikan dan merupakan penghasilan utama bagi masyarakat hutan tersebut (LMDH Sukorejo Makmur).