Daftar Isi:
  • (Dwi Miftha Kurnia, 2014, 111 halaman, 34 tabel, 5 lampiran) Industri semen merupakan industri yang bersifat energy intensive, karena menyerap energi listrik dan panas yang relatif besar. Sistem kiln merupakan peralatan yang menyerap jumlah energi listrik dan energi panas terbesar. PT. Semen Baturaja (Persero) Tbk menggunakan bahan bakar batubara sebagai bahan bakar utama dan Industrial Diesel Oil (IDO) yang digunakan untuk start up. Sumber energi ini merupakan sumber energi yang tidak bisa diperbaharui sehingga diperkirakan dalam beberapa tahun mendatang persediaan akan habis. Untuk mengantisipasi hal tersebut dilakukan suatu kajian dengan melakukan penambahan bahan bakar yaitu sekam padi. Tujuannya adalah untuk mengurangi ketergantungan pada energi tak terbarukan, mengurangi emisi serta dapat menekan biaya produksi. Metode yang digunakan pada penelitian ini ialah metode eksperimen dengan melakukan variasi penambahan sekam padi 0%, 5%, 10%, dan 15%. Dari hasil perhitungan hasil terbaik adalah pada penambahan 15%, karena pada variasi tersebut dihasilkan gas hasil pembakaran paling sedikit yaitu 245.395,70 kg sehingga dapat menekan biaya produksi Rp. 871.700,- ton/jam dari hasil pembakaran jika dibandingkan dengan penggunaan batubara murni. English : (Dwi Miftha Kurnia, 2014, 111 pages, 34 tabels, 5 enclosures) The cement industry is an energy intensive industry, as it absorbs electrical energy and heat are relatively large. Kiln systems are devices that absorb the amount of electrical energy and heat energy most. PT. Semen Balfour (Persero) Tbk using coal fuel as the primary fuel and Industrial Diesel Oil (IDO), which is used to start up. These energy sources are energy sources that can not be updated so that expected in the next few years will be depleted inventories. To anticipate a study done by adding fuel ie rice husk. The goal is to reduce dependence on non-renewable energy, reduce emissions and can reduce the cost of production. The method used in this study is an experimental method to perform the addition of rice husk variation of 0%, 5%, 10%, and 15%. From the calculation of the best results in the addition of 15%, due to these variations require combustion emission is 245.395,70 kg so as to reduce production costs Rp. 871.700 ton/hour from the combustion when compared to the use of pure coal.