Daftar Isi:
  • Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknik Energi Politeknik Negeri Sriwijaya dengan tujuan memperoleh kondisi operasi optimum pada proses pengasapan terhadap kualitas produk pengasapan. Pengasapan merupakan salah satu cara pengawetan ikan yang menggunakan asap dari kayu atau tempurung kelapa. Proses pengasapan ikan salai pada umumnya masih menggunakan cara tradisional atau pengasapan sistem terbuka. Pengasapan dengan sistem terbuka ini menyebabkan panas dan asap yang dihasilkan tidak terpusat ke ikan, melainkan menyebar sesuai arah angin, waktu relatif lama dan hasilnya berkualitas rendah, baik dari segi rasa, warna, tekstur, dan aroma. Salah satu usaha yang dilakukan untuk mempermudah dalam pembuatan ikan salai ini agar menjadi produk yang lebih baik adalah dengan merancang sebuah sistem pengasapan otomatis dalam ruang tertutup dengan konfigurasi sistem pengasapan dual blower dan filter asap bahan alami guna menghasilkan asap bersih dan kontinyu. Penelitian ini menggunakan ikan Nila sebagai bahan baku dan tempurung kelapa sebagai bahan bakar pengasapan. Pengasapan dilakukan selama 16 jam. Data yang diukur meliputi suhu, waktu, kecepatan aliran udara, berat ikan, berat bahan bakar awal dan akhir, dan kadar air ikan dari awal dan akhir. Hasil analisis penelitian ini menunjukkan bahwa suhu, jarak tray dan laju aliran udara adalah faktor utama yang sangat mempengaruhi massa akhir ikan dan persentase kadar air selama pengasapan. Dimana kadar air paling banyak yang hilang pada suhu 65C dengan sisa kadar air akhir sebesar 27,4%, kecepatan aliran udara 8,3 m/s dengan sisa kadar air akhir ikan sebesar 32,22%, dan jarak tray 60cm dengan sisa kadar air sebesar 28,59%