Penerimaan Masyarakat dan Cakupan Pengobatan Massal Filariasis di Kecamatan Kodi Balaghar

Main Authors: Patanduk, Yona; Loka Penelitian dan Pengembangan Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang (P2b2) Waikabubak Jl. Basuki Rahmat KM.5 Puu Weeri Waikabubak, Sumba Barat, Nusa Tenggara Timur, Yunarko, Rais, Mading, Majematang
Format: Article application/pdf eJournal
Bahasa: eng
Terbitan: Pusat Humaniora, Kebijakan Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat , 2017
Subjects:
Online Access: http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/hsr/article/view/5808
http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/hsr/article/downloadSuppFile/5808/11499
Daftar Isi:
  • ABSTRACTBackground: Mass Drugs Administration (MDA) of Filariasis is the effort for filariasis elimination. The first round of MDA is a reference for implementation future rounds of MDA. Coverage of treatment, community compliance and knowledge about filariasis are some things that need to be considered in implementation of the first round of MDA and is an indicator the success of filariasis elimination. Kodi Balaghar is a sub-district in South West Sumba, East Nusa Tenggara province which has Mf- rate 4.2% and received MDA for first round in 2013.Objective: to see how the acceptance of Kodi Balaghar community on the first round implementation of MDA. Methods: Descriptive study was conducted from April- November 2014 at five villages in Kodi Balaghar Sub-District which received MDA in 2013. The number of samples are 216 that calculating with estimated proportion. Two hundred and four respondens were success interview using structure questionnaires consisting of people who taking (100 respondens) and did not taking the drug (104) based on data from primary health care. Results: Coverage of MDA 2013 in Kodi Balaghar Sub-District was 3% from total eligible population. There were 152 respondents did not know the implementation of MDA, 149 respondents were did not obtain information about MDA. All respondents who taking drugs, admitted to ingested the drug. The main reason of respondents for not taking drugs is they did not know there was implementation of MDA programe (71 respondents). The second reason of respondents is absent at the time of drugs distribution (33 respondents).Conclusion: Lack of knowledge and information of respondents about MDA and followed by very low coverage.Recommendation: increased socialization as an effort to increase knowledge and information about MDA. ABSTRAK Latar Belakang: Pengobatan massal filariasis adalah upaya untuk eliminasi filariasis. Pengobatan massal filariasis periode pertama merupakan acuan pelaksanaan pengobatan massal periode selanjutnya. Cakupan pengobatan, kepatuhan masyarakat minum obat dan pengetahuan masyarakat tentang filariasis adalah beberapa hal yang perlu diperhatikan pada pelaksanaan pengobatan periode pertama dan merupakan indikator keberhasilan eliminasi filariasis. Kecamatan Kodi Balaghar merupakan wilayah di Kabupaten Sumba Barat Daya, Provinsi Nusa Tenggara Timur yang memiliki Mf-rate 4,2% dan baru menerima pengobatan massal periode pertama di tahun 2013. Tujuan: Penelitian ini bertujuan menentukan penerimaan masyarakat Kodi Balaghar, Kabupaten sumba Barat daya pada pelaksanaan pengobatan massal filariasis periode pertama. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional yang dilakukan dalam bulan April–November 2014 pada lima desa di Kecamatan Kodi Balaghar yang telah memperoleh pembagian obat pada pelaksanaan pengobatan massal filariasi periode 2013. Estimasi jumlah sampel diperoleh dengan perhitungan proporsi. Jumlah sampel yang berhasil diwawancarai Sebanyak 204 responden dipilih secara random. Data dikumpulkan dengan wawancara menggunakan kuesioner terstruktur, kepada masyarakat yang memperoleh obat massal dan yang tidak memperoleh obat pada tahun 2013 berdasarkan data puskesmas. Hasil: Cakupan pengobatan massal filariasis di Kecamatan Kodi Balaghar 3%. Sebanyak 152 responden menjawab tidak tahu pelaksanaan pengobatan massal filariasis, 149 responden tidak memperoleh informasi tentang pengobatan massal. Semua responden yang memperoleh obat mengaku minum obat yang diberikan. Adapun alasan utama, 71 responden tidak memperoleh obat adalah mereka tidak mengetahui pelaksanaan pengobatan massal filariasis, diikuti 33 responden tidak berada di tempat saat pembagian obat berlangsung. Kesimpulan: Pengetahuan responden dan informasi tentang pengobatan massal filariasis sangat kurang diikuti cakupan pengobatan massal filariasis yang sangat rendah. Saran: peningkatan sosialisasi sebagai upaya meningkatkan pengetahuan dan informasi tentang pengobatan massal filariasis.