Analisis Rantai Nilai Agribisnis Padi. (Studi Kasus di Desa Karangbungur, Kecamatan Buahdua, Kabupaten Sumedang, Provinsi Jawa Barat)
Main Author: | Sipayung, Dora Viviana |
---|---|
Format: | bachelorthesis doc-type Bachelors |
Bahasa: | ind |
Terbitan: |
, 2016
|
Online Access: |
http://repository.unpad.ac.id/frontdoor/index/index/docId/450 |
Daftar Isi:
- ABSTRAK DORA VIVIANA SIPAYUNG. 2016. Analisis Rantai Nilai Agribisnis Padi. (Studi Kasus di Desa Karangbungur, Kecamatan Buahdua, Kabupaten Sumedang, Provinsi Jawa Barat). Dibawah bimbingan TRISNA INSAN NOOR. Padi merupakan salah satu komoditas pangan dalam sub sektor pertanian yang dominan di Desa Karangbungur. Kegiatan yang berhubungan dengan padi ini melibatkan peran terhadap pihak-pihak yang terlibat untuk melakukan aktivitas di setiap rantai nilai. Rantai nilai menjelaskan proses produksi dari mulai penyediaan input, pengolahan, pemasaran dan perdagangan. Dalam upaya mempersempit disparitas harga padi di tingkat petani dan harga beras ditingkat konsumen di Desa Karangbungur, maka diperlukan studi mengenai analisis rantai nilai padi. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan pemetaan, pendistribusian nilai tambah dan keuntungan antar pelaku dalam rantai nilai agribisnis padi. Lokasi penelitian ini ditentukan pada satu Desa yaitu, Desa Karangbungur yang ada di Kecamatan Buahdua merupakan sentra produksi padi. Desain penelitian yang digunakan adalah desain kualitatif, dengan metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara pemilihan informan melalui penyebaran kuisioner dengan jumlah informan sebanyak 40 petani, 9 pedagang pengumpul dan 6 penggilingan padi. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis rantai nilai (Value Chain Analysis). Berdasarkan hasil penelitian, menunjukan bahwa pelaku yang terlibat pada rantai nilai agribisnis padi yaitu petani, pedagang pengumpul dan penggilingan padi. Terdapat empat jenis rantai nilai. rantai nilai tersebut yaitu: 1. Petani-RMU Desa-Petani, 2. Petani-Pedagang Pengumpul-RMU Desa-Pedagang Pengumpul-Konsumen, 3. Petani-Pedagang Pengumpul-RMU Kecamatan, 4. Petani-Pedagang Pengumpul-RMU Kabupaten. Nilai tambah terbesar diperoleh petani, yaitu pada rantai pasokan kedua sebesar 84,4%, pada rantai pasokan ketiga sebesar 85,3% dan pada rantai pasokan keempat sebesar 77,5% dari total nilai tambah. Kedua, diikuti oleh pedagang pengumpul, yaitu pada rantai pasokan kedua sebesar 8,3%, pada rantai pasokan ketiga sebesar 8,4% dan pada rantai pasokan keempat sebesar 11,6% dari total nilai tambah. Sedangkan nilai tambah terkecil diperoleh RMU, yaitu pada rantai pasokan kedua sebesar 7%, pada rantai pasokan ketiga sebesar 6% dan pada rantai pasokan keempat sebesar 11% dari total nilai tambah. Kata Kunci : Nilai Tambah, Padi, Rantai Nilai ABSTRACT DORA VIVIANA SIPAYUNG. 2016. Agribusiness Value Chain Analysis Of Paddy (Case Study at Karangbungur Village, Buahdua District, Sumedang Regency, West Java Province). Under the guidance of TRISNA INSAN NOOR. Paddy is one of food commodity in agricultural sector that has dominant character in Karangbungur Village, Buahdua District. A Paddy-related activities of the parties involved among actors to do activities for each value chain. The value chain described production process from beginning to provide farm’s input, rice processed, marketed and traded. In an effort to narrow the disparity between the price of grain at the farm level and rice prices at the consumer level in Karangbungur, it is necessary to study the agribusiness value chain analysis of paddy. This study aimed to describe the mapping, determine the distribution of the value added and profits among actors in agribusiness paddy.The study location is determined in Karangbungur village, Buahdua regency which the center of rice production. Design of this study is qualitative, while design study technique used is a case study technique. The collection of data is determined by selecting informants with questioner deployment as many as 40 farmers, 9 collectors and 6 millers. The analytical tools used in this study were value chain analysis. Based on the results of the study, showed that actors involved were farmers, collectors and RMU. There were four types of the value chain, 1. Farmers- RMU Desa-Farmers, 2. Farmers-Collectors-RMU Desa-Collectors-Consumers, 3. Farmers-Collectors-RMU Kecamatan, 4. Farmers-Collectors-RMU Kabupaten. The biggest value added obtained by farmers, for second supply chain 84,4%, for third supply chain 85,3% and for fourth supply chain 77,5% of the total value added. Secondly, followed by collectors, for second supply chain 8,3%, for third supply chain 8,4% and for fourth supply chain 11,6% of the total value added. While the smallest value added obtained by RMU, for second supply chain 7%, for third supply chain 6% and for fourth supply chain 11% of the total value added. Key Words : Paddy, Value Added, Value Chain