Hubungan Mineral Lempung dengan Koefisien Konsolidasi Tanah Kawasan Kecamatan jatinangor, Kabupaten Sumedang, Provinsi Jawa Barat

Main Author: Afif, Nanda Najih Habibil
Format: bachelorthesis doc-type Bachelors
Bahasa: ind
Terbitan: , 2020
Online Access: http://repository.unpad.ac.id/frontdoor/index/index/docId/38768
Daftar Isi:
  • Secara geologi Jatinangor terdiri dari satuan tuf, satuan intrusi andesit, satuan breksi aliran piroklastik, dan endapan pasir. Perbedaan jenis batuan penyusun daerah akan berpengaruh terhadap jenis mineral lempung penyusun tanah. Koefisien konsolidasi suatu tanah juga dipengaruhi jenis mineral lempung. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui sifat fisik tanah, mengetahui mineral lempung, mengetahui nilai koefisien konsolidasi tanah, serta mengetahui hubungan mineral lempung terhadap koefisian konsolidasi tanah di wilayah Jatinangor. Duapuluh sampel tanah tidak terganggu diambil, selanjutnya dilakukan pengujian sifat fisik tanah yang meliputi kadar air tanah, berat jenis tanah, bobot isi tanah, batas-batas konsistensi tanah, dan analisis butiran. Pengamatan koefisien konsolidasi didesain dengan tekanan overburden 0,25 kg/cm2, 0,5 kg/cm2, 1 kg/cm2, 2 kg/cm2, dan 4 kg/cm2. Mineral lempung diamati dengan XRD dan SEM. Sifat fisik tanah yang diklasifikasikan dalam sistem USCS menunjukkan terdapat empat jenis tanah: Satuan Tanah Lempung Plastisitas Tinggi (CH), Satuan Tanah Lempung Plastisitas Rendah (CL), Satuan Tanah Lanau Plastisitas Tinggi (MH), dan Satuan Tanah Lanau Plastisitas Rendah (ML). Kaolinit, klorit, dan montmorilonit merupakan mineral lempung yang dominan. Kaolinit dan klorit memiliki pola koefisien konsolidasi yang sama, yaitu terus menurun dengan gradien tertentu. Koefisien konsolidasi pada dua mineral ini dominan dipengaruhi oleh faktor fisik (physical factor dependence). Montmorilonit menunjukkan anomali pola koefisien konsolidasi seiring penambahan tekanan overburden dengan adanya peningkatan dan penurunan koefisien dengan gradien tertentu. Konsolidasi pada montmorilonit tidak hanya dipengaruhi faktor pengaruh fisik, namun juga faktor struktur kimia mineral lempung (physicochemical factor dependence).