STRUKTUR GEOLOGI BAWAH PERMUKAAN BERDASARKAN DATA MAGNETOTELURIK DAERAH BUTON DAN SEKITARNYA

Main Author: Alviyanda
Format: bachelorthesis doc-type Bachelors
Bahasa: ind
Terbitan: , 2014
Online Access: http://repository.unpad.ac.id/frontdoor/index/index/docId/38531
Daftar Isi:
  • ABSTRAK Pulau Buton merupakan salah satu produk dari pecahan benua Australia bagian utara. Aktivitas mikrokontinen mulai menabrak lengan Sulawesi Tenggara pada Oligosen sampai Miosen Awal. Akibat dari rifting tersebut terbentuknya suatu cekungan yang merupakan tempat terakumulasinya sedimen dengan potensi keterdapatan sumberdaya minyak dan gas bumi. Tektonostratigrafi Buton dibagai menjadi 4 peristiwa (Davidson, 1991) yaitu (1) sedimentasi pre-Rift yang terdiri dari Fm. Doole, Fm. Winto, Fm. Ogena; (2) sedimentasi rift-drift yang terdiri dari Fm. Rumu, Fm. Tobelo; (3) sedimentasi syn & post orogenic yang terdiri dari Fm. Tondo dan Fm. Sampolakosa; (4) sedimentasi recent orogenic yang terdiri dari batuan yang lebih muda, Fm. Wapulaka. Magnetotelurik (MT) merupakan salah satu metode geofisika pasif yang digunakan untuk mengidentifikasi keadaan bawah permukaan. Metode MT memanfaatkan variasi sifat elektrik dan magnetik pada rentang frekuensi <10-2 Hz sampai 10 KHz sehingga dapat menginterpretasikan kondisi bawah permukaan dengan kedalaman hingga ratusan kilometer. Metode MT digunakan untuk mengetahui distribusi tahanan jenis batuan bawah permukaan sehingga diketahui keadaan struktur bawah permukaan yang dapat ditampilkan dalam penampang 1D atau 2D. Berdasarkan penampang 2D dari data MT yang berarah relatif barat-timur dari daerah Bau-bau hingga Pasarwajo dapat diinterpretasikan struktur tahanan jenis bawah permukaan yang terbagi menjadi 4 lapisan yaitu (1) batuan beku yang mengalami metmorfisme disebandingkan dengan Kompleks Ofiolit Kapantoreh (64 - 2048 &#61527;m), (2) batugamping dari Formasi Ogena, Formasi Rumu, Formasi Tobelo, dan Anggota Batugamping Formasi Tondo (16-512&#61527;m), (3) batuan sedimen klastik Formasi Tondo (8-128 &#61527;m), dan (4) Formasi Sampolakosa dan Wapulaka (4-32 &#61527;m). Diinterpretasikan arah tegasan struktur geologi yang terjadi di Pulau Buton yaitu baratlaut-tenggara yang diakibatkan oleh akttivitas tektonik yang terjadi dari Permian hingga saat ini. Relief sekarang dipengaruhi oleh sesar normal yang terjadi pada akhir Trias, terjadi half-grabens, menurun dari timur ke barat. Selanjutnya menimbulkan lipatan karena sesar naik yang terjadi pada Miosen akibat collision dan obduksi Buton dengan lengan tenggara Sulawesi. Kata kunci : Buton, Magnetotelurik, Tahanan jenis