Analisis Neraca Air Lahan Kering Untuk Mendukung Budidaya Padi SRI Lahan Kering (Studi Kasus Kecamatan Jatinangor)
Main Author: | Karim, M Adrian Munaf |
---|---|
Format: | bachelorthesis doc-type Bachelors |
Bahasa: | ind |
Terbitan: |
, 2013
|
Online Access: |
http://repository.unpad.ac.id/frontdoor/index/index/docId/36581 |
Daftar Isi:
- Jadwal dan pola tanam padi lahan kering yang diterapkan petani Kecamatan Jatinangor mengacu pada kebiasaan menanam padi lahan kering pada awal musim hujan. Penelitian ini mengambil analisis neraca air lahan periode tengah bulanan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi neraca air lahan bulanan pada kecamatan Jatinangor sehingga dapat diketahui pola dan jadwal tanam yang tepat untuk budidaya padi lahan kering dengan metode SRI lahan kering di Kecamatan Jatinangor. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analitik deskriptif, yaitu dengan menganalisis neraca air lahan bulanan pada lahan kering di Kecamatan Jatinangor, lalu mendeskripsikan neraca air lahan bulanan tersebut pada pola dan jadwal tanam yang tepat untuk budidaya padi lahan kering dengan menggunakan metode SRI lahan kering pada Kecamatan Jatinangor. Parameter yang dibutuhkan dalam analisis neraca air lahan terdiri dari curah hujan, evapotranspirasi, kadar air tanah pada kondisi kapasitas lapang dan kadar air tanah pada kondisi titik layu permanen. Penentuan kadar air tanah dilakukan berdasarkan jenis tanah yang terdapat di Kecamatan Jatinangor: aluvial, dan latosol. Hasil penelitian menunjukan bahwa kondisi neraca air lahan Kecamatan Jatinangor untuk jenis tanah aluvial dan latosol terdiri dari 7,5 bulan surplus dan 4,5 bulan defisit. Pola dan jadwal tanam yang tepat untuk budidaya padi menggunakan metode SRI lahan kering di Kecamatan Jatinangor untuk jenis tanah aluvial adalah padi lahan kering + jagung/singkong (MT I) – jagung + kacang merah (MT II) - bera dan untuk jenis tanah latosol adalah padi lahan kering + singkong/jagung (MT I) – jagung/ubi jalar + kacang merah/jagung (MT II) - bera. Hasil penelitian juga menunjukkan terjadi pergeseran awal musim tanam yang biasanya dilakukan pada bulan Oktober I menjadi bulan Oktober II.